Thursday, January 23, 2014

Laporan praktikum pasca panen


KATA PENGANTAR

          Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Pasca Panen ini dengan baik tanpa halangan suatu apapun.  Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah terlibat dalam pembuatan laporan ini dan pihak yang terlibat selama praktikum di lapangan.
          Laporan Pasca Panen ini merupakan tugas akhir dari semester empat  sebagai wujud pertanggungjawaban terhadap praktikum yang telah penulis lakukan selama satu semester ini. Laporan ini berisi tentang Pembersihan kulit tanduk pada kopi/sortasi biji kopi, pembuatan kopra, pengolahan pasca panen kakao (fermentasi biji kakao), pengolahan teh, teknik pengolahan karet dan penentuan kadar karet kering (KKK), pembuatan minyak kelapa, dan proses pengolahan kelapa sawit di PKS  Kebun Cikasungka, Bogor.
          Pembuatan laporan ini tentunya masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk kedepannya.


Bogor, Januari 2014


Penulis            








DAFTAR ISI


KESIMPULAN..................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
Lampiran................................................................................................................19












Daftar Tabel


Tabel 7 Fraksi buah kelapasawit di PTPN 8, PKS/Kebun Cikasungka.................10




PENDAHULUAN

Latar Belakang

          Panen adalah kegiatan mengumpulkan hasil usaha tani dari lahan budi daya. Istilah ini paling umum dipakai dalam kegiatan bercocok tanam dan menandai berakhirnya kegiatan di lahan. Namun demikian, istilah ini memiliki arti yang lebih luas, karena dapat dipakai pula dalam budi daya ikan atau berbagai jenis objek usaha tani lainnya, seperti jamur, udang, dan alga/gulma laut. Secara kultural, panen dalam masyarakat agraris sering menjadi alasan untuk mengadakan festival dan perayaan lain.
             Dalam bidang pertanian, istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut pasca produksi (postproduction)  yang dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing).  Penanganan pasca panen (postharvest)  sering disebut juga sebagai pengolahan primer (primary processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan, dari panen sampai komoditas  dapat dikonsumsi “segar” atau untuk persiapan pengolahan berikutnya. Umumnya, perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau penampakan, kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi. Pengolahan (secondary processing) merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman ke kondisi lain atau bentuk lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan), mencegah perubahan yang tidak dikehendaki atau  untuk  penggunaan lain.


Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum pasca panen yang praktikan lakukan adalah :
1.    Mengetahui dan memahami definisi panen.
2.    Mengetahui dan memahami hal utama dalam pemanenan.
3.    Mengetahui dan memahami penanganan panen yang baik.
4.    Mengetahui dan memahami penanganan segera setelah panen.



METODE PELAKSANAAN

Tempat Dan Waktu

Praktikum pasca panen ini dilaksanakan di daerah CIKATAS (Kebun Percobaan IPB Darmaga) dan CIKASUNGKA (pabrik pengolahan kelapa sawit) yang dimulai pada tanggal 16 September 201315 Januari 2014.

Alat dan Bahan



1.      Teh
2.      Kelapa
3.      Kakao
4.      Kopi
5.      Lateks
6.      Kompor gas
7.      Parutan kelapa
8.      Kuali
9.      Spatula
10.  Botol
11.  Tampian
12.  Cuter
13.  Pisau okulasi
14.  Parang
15.  Asam semut
16.  Timbangan
17.  Bak Fermentasi
18.  Ragi
19.  Ember
20.  Daun pisang
21.  Talenan
22.  Penggiling latek
23.  Gelas ukur
24.  Penumbuk
25.  Gunting
26.  Termometer
27.  Kertas lakmus
28.  Kamera
29.  Lap
30.  Saringan


 

Metode Praktikum

A.  Pembersihan Kulit Tanduk pada Kopi / Sortasi Biji Kopi

1.    Setiap kelompok memanen buah kopi yang telah siap dipanen ( kulit buah kopi  berwarna merah )
2.    Sortasi buah kopi dari buah yang telah kelewat matang, busuk ataupun mentah.
3.    Timbang hasil pemanenan buah kopi.
4.    Jemur buah kopi dibawah sinar matahari.
5.    Tumbuk buah kopi agar kulit tanduk mudah terkelupas dan terpisah dari biji.
6.    Sangrai biji kopi hingga berwarna hitam dan menimbulkan aroma.
7.    Biji siap dikemas.

B.  Pembuatan Kopra

1.    Pilih kelapa yang sudah tua dan belum bertunas.
2.    Setiap kelompok mengambil 5 butir kelapa.
3.    Timbang bobot kotor kelapa yang masih utuh.
4.    Bersihkan kelapa dari sabut dan timbang lagi.
5.    Belah kelapa hingga airnya keluar dan ditimbang lagi.
6.    Satu kelapa dibagi menjadi enam potongan daging dan empat kelapa dibagi delapan potongan daging.
7.    Jemur kelapa dibawah sinar matahari dengan menggunakan tampian sebagai alas.

C.  Pengolahan Pasca Panen Kakao(Fermentasi Biji Kakao)

1.    Setiap kelompok mengambil buah kakao sebanyak 10 buah.
2.    Timbang buah kakao untuk dicari berat rata-ratanya.
3.    Buah dibelah menggunakan parang dengan syarat tanpa melukai biji kakao.
4.    Pisahkan biji kakao yang sehat dan yang tidak sehat ataupun masih mentah.
5.    Timbang biji kakao yang sehat dan yang tidak digunakan.
6.    Tempatkan biji kakao pada bak fermentasi.
7.    Setiap hari lakukan pembalikan biji kakao agar fermentasi terjadi sempurna.
8.    Ukur suhu saat proses fermentasi dan amati apa yang terjadi serta ukur kemasaman pada biji kakao tersebut.

D.  Pengolahan Teh

          Pengolahan teh hijau sederhana, dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1.    Pelayuan
Daun teh petikan dihamparkan di tempat yang teduh atau dibawah atap berupa lapisan yang tipis, dengan maksud agar daun menjadi layu. Biasanya setelah diangin-anginkan selama 1-2 hari, daun-daun telah cukup layu. Cara pelayuan yang sering dilakukan juga adalah dengan sinar matahari (dijemur), atau ada juga yang dimasukkan ke dalam belanga diatas perapian. Pelayuan diakhiri setelah diperoleh daun yang amat lemas. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pelayuan adalah kondisi bahan dasar, tebal hamparan, suhu dan waktu pelayuan, kelembaban udara dan kecepatan gerakan udara.
2.    Penggulungan
Penggulungan pada pengolahan teh hijau bertujuan membentuk mutu secara fisik, karena selama penggulungan, pucuk teh akan dibentuk menjadi gulungan-gulungan kecil dan terjadi pemotongan. Proses ini harus segera dilakukan setelah pucuk layu keluar mesin rotary panner. Untuk membuat teh hijau mutu ekspor, penggunaan mesin penggulung yang berukuran 26” tipe single action sangat cocok untuk tujuan tersebut. Penggulungan dilakukan satu kali agar tidak terjadi penghancuran daun teh yang terlalu banyak, yang dapat meningkatkan jumlah bubuk dengan mutu yang kurang menguntungkan. Lama penggulungan disesuaikan dengan tingkat layu pucuk, ukuran, tipe mesin penggulung serta mutu pucuk yang diolah. Lama penggulungan sebaiknya tidak lebih dari 30 menit dihitung sejak pucuk layu masuk mesin penggulung.
3.    Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan  dengan beberapa cara. Yang biasa dilakukan oleh para petani diantaranya adalah:
a)    Daun yang telah digulung, dipanaskan/disangrai diatas panci besi atau tanah yang dipanasi dari bawah
b)   Daun yang telah digulung dikeringkan dengan cara digarang. Untuk menggarang ini diperlukan tungku. Dinding mulut lubang tungku yang mengarah keatas dibuat sedikit lebih tinggi supaya tidak terlalu panas. Untuk memperoleh pemanasan yang rata, suhu jangan terlalu tinggi, dan supaya tidak berasap, digunakan arang kayu sebagai bahan bakar. Lama pengeringan sekitar 30 menit. Daun dianggap telah kering apabila digenggam dengan tangan lalu ditekan akan berbunyi krak karena ada daun-daun yang patah.

E.  Teknik Pengolahan Karet dan Penentuan KKK

1.    Setiap kelompok menyiapkan 1 liter lateks untuk digiling
2.    Tumpahkan lateks kedalam talenan yang telah dibersihkan.
3.    Tuangkan asam semut sebanyak 500 ml kedalam talenan sambil di atuk merata agar menjadi homogen.
4.    Ratakan permukaan dengan alat perata dan tempatkan latek dibawah paparan sinar matahari agar lateks cepat mengeras.
5.    Setelah mengeras, untuk mengurangi bobot air maka latek di giling dengan mesin penggiling lateks
6.    Sambil menggiling atur lateks agar tidak putus ataupun berlubang.
7.    Jemur hasil penggilingan agar lateks memiliki berat kering maksimum.
8.    Hitung KKK dan Ribbed Smoke sheed.

F.     Pembuatan Minyak Kelapa

1.    Pilih kelapa yang sudah tua.
2.    Kupas kulit kelapa kemudian pisahkan daging buah dari batoknya dengan cara dicungkil.
3.    Setelah itu kelapa baru bisa diparut dengan tangan atau menggunakan alat khusus untuk memarut kelapa.
4.    Campur kelapa yang sudah diparut tadi dengan air bersih, peras kemudian saring.

G.  Proses Pengolahan Kelapa Sawit Di PKS  Kebun Cikasungka Bogor

1.    Setiap praktikan diarahkan dan dijelaskan proses pengolahan kelapa sawit.
2.    Tempat pertama untuk pengolahan yakni jembatan timbang yang digunakan sebagai penimbangan TBS yang masuk.
3.    Praktikan diarahkan menuju loading ramp tempat penumpukan TBS sebelum masuk ke proses selanjutnya.
4.    Setelah dari tempat penumpukan TBS pindah ke tempat scrapper bar dan ke vertical sterilizer.
5.    Kemudian praktikan diarahkan lagi menuju thresher drum, conveyor empty bunch, empty bunch shredder, transport empty bunch,  dan composting.
6.    Terakhir praktikan diarahkan ke shell bin, yakni tempat penimbunan cangkang sementara untuk bahan bakar.

Hasil Praktikum

Tabel 1 Pembersihan kulit tanduk pada kopi / sortasi biji kopi di Kebun Percobaan CIKATAS, IPB Dramaga, Bogor.
Kelompok
Bobot biji kopi awal
(kg)
Bobot setelah kulit tanduk dilepas
(kg)
P1
1.67
1.52
P2
1.42
1.25

Tabel 2 Pembuatan kopra dikebun  percobaan CIKATAS, IPB Dramaga, Bogor.
Kelompok
Rata–rata bobot Kg)
Buah utuh
Tanpa sabut
Tempurung + daging
tanpa air
Kopra
1
1,4
1,1
0,7
0,30
2
1,8
1,2
0,8
0,55
3
1,2
0,9
0,5
0,40
4
1,8
1,4
1,0
0,55
5
2.6
1,0
0,7
0,40
6
1,5
1,1
0,7
0,35
7
1,4
1,0
0,6
0,25
8
1,6
1,2
0,7
0,40
9
1,8
1,3
0,9
0,45
10
1,6
1,1
0,7
0,46
11
1,5
1,2
1,0
0,65
12
1,3
1,0
0,7
0,5
Note : Setiap kelompok mendapatkan 5 butir kelapa dan diambil bobot rata-ranya untuk tabel diatas.

Tabel 3 Pengolahan pasca panen kakao (fermentasi biji kakao) dikebun  percobaan CIKATAS, IPB Dramaga, Bogor
a.       Pra Fermentasi
P1
Kelompok
Bobot Buah
Utuh (Kg)
Bobot Biji
 Superior (Kg)
Bobot Biji
Inferior (Kg)
1
3,45
0,95
0,1
2
3,75
0,95
0,3
3
4,20
1,15
-
4
4,40
1,35
-
5
4,10
1,15
0,1
6
4,30
1,35
0,5
Total
24,2
6,90
1,0






P2
Kelompok
Bobot Buah
Utuh (Kg)
Bobot Biji
 Superior (Kg)
Bobot Biji
Inferior (Kg)
7
4,3
1,8
0,3
8
3,5
1,3
0,3
9
2,75
2,1
-
10
3,28
1,74
0,2
11
4,7
1,75
0,5
12
4,13
1,28
0,6
Total
22,66
9,97
1,9

b.      Fermentasi
Tabel 4 Pengamatan suhu fermentasi kakao
Hari ke-
Suhu (0C)
pH
Warna
Bau
Rasa
P1
P2
P1
P2
1-2
30
29
4
4
Kuning Keputihan
Segar
Manis
3-4
35
34
5
5
Kuning Kecoklatan
Busuk
Asam
5-6
37
36
6
6
Coklat
Asam
Asam

c.       Pasca fermentasi
Ø P1
 Bobot biji àsetelah pencucian 6,5kg; Setelah pengeringan (3 minggu) 1,97 kg; Setelah Sortasi 1,85 kg.
Ø P2
Bobot Biji à setelah pencucian 9,85 kg; Setelah pengeringan (3minggu) 3,25kg; Sortasi 3,05 kg.

Tabel 5 Pengolahan teh (petikan medium) dikebun  percobaan CIKATAS, IPB Dramaga, Bogor.
Bobot Daun Basah (g)
Bobot Daun Layu (g)
Bobot Daun Kering (g)
P1
P2
P1
P2
P1
P2
800
600
425
270
285
120

Perhitungan lateks dikebun  percobaan CIKATAS, IPB Dramaga, Bogor.
1.      Kadar Karet Kering
§  volume awal = 100 ml gram
§  berat karet giling = 47
§  KKK = 47 gram X 0,7 (FK %) = 33 %

2.      Ribbed smoke sheet
§  Volume lateks = 500 ml
§  Volume air = KKK kebun – KKK pengenceran (18%)
KKK pengenceran
                                                = 33 – 18 x 0,5 l
                                                            18
                                                = 0,416 liter

Kelapa
Kelapa utuh (kg)
Kelapa tanpa serabut (kg)
Kelapa tanpa serabut dan tempurung (kg)
1
1,65
1,12
0,53
2
1,48
0,90
0,48
3
1,34
0,92
0,48
4
1,65
1,30
0,56
5
1,68
1,10
0,53
6
1,70
1,10
0,53
7
1,85
1,10
0,53
8
1,75
1,20
0,55
9
2,92
1,38
0,57
10
1.42
1,20
0,54
Jumlah
17,44
11,32
5,3
Tabel 6 Pembuatan minyak kelapa dikebun  percobaan CIKATAS, IPB Dramaga, Bogor.
Note : Dari jumlah kelapa yang diparut 5,3 kg menghasilkan ampas 2,2 kg dan santan 5 liter. Setelah dimasak selama 1 jam 35 menit  menghasilkan galendo sebanyak 0,595 dan minyak sebanyak 1,143 kg.
Tabel 7 Fraksi buah kelapasawit di PTPN 8, PKS/Kebun Cikasungka
No
Fase buah
Fraksi buah
Jumlah berondolan yang jatuh
Tingkat kematangan
1
Mentah
00
Tdk ada tandan buah yg berwarna hijau atau hitam
Sangat mentah
0
1 %-12,5 % buah luar atau 0-1 berondolan/kg tandan membrondol
Mentah
2
Matang
1
12,5-25%  buah luar atau 2 berondolan/kg tandan 25 % dari buah luar membrondol
Kurang matang
2
25-50 % buah luar membrondol
Matang
3
50-75 % buah luar membrondol
Matang
3
Lewat
4
75-100% buah luar membrondol
Lewat matang (ranum)
5
100 % buah luar membrondol dan sebagian berbau busuk
Lewat matang (busuk)
Sumber : Data fraksi buah PTPN 8

PEMBAHASAN

Praktikum yang praktikan lakukan yakni melakukan pasca panen terhadap tanaman perkebunan seperti kopi, kakao, karet,  kelapa, teh, dan kelapa sawit dengan perlakuan yang berbeda-beda sesuai komuditasnya. Penanganan pasca panen adalah hal yang sangat penting dalam kegiatan pertanian atau perkebunan, karena tahap ini merupakan tahap akhir dari pemanenan untuk mendapatkan hasil yang sesuai. Penanganan pasca panen harus segera dilakukan setelah pemanenan pada komoditas tanaman tertentu untuk mendapatkan kualitas produksi yang baik dan mutu yang tinggi, selain itu juga untuk menghindari pembusukan pada hasil tanaman pada komoditas tertentu sehingga akan menghasilkan hasil yang kurang baik dan menyebabkan mutu yang rendah. Beberapa masalah lain yang erat kaitannya dengan teknologi pascapanen antara lain:
1.    Kesenjangan dan keterbelakangan dalam memproduksi bibit/benih unggul di dalam negeri.
2.    Kesenjangan dalam inovasi teknologi, baik dalam teknologi pengembangan peralatan pasca panen maupun informasi teknologi penanganan pasca panen itu sendiri.
3.    Rendahnya pengertian masyarakat umum dalam hal-hal yang berkaitan dengan penanganan pasca panen, misalnya tentang susut pasca panen sehingga mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap masalah mutu.
4.    Belum sempurnanya infrastruktur yang menunjang sistem distribusi dan transportasi hasil perkebunan rakyat.
5.    Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan petani dan petugas penyuluh lapang akan teknologi pascapanen.

Kegiatan penanganan pasca panen tanaman perkebunan didefinisikan sebagai suatu kegiatan penanganan produk hasil perkebunan, sejak pemanenan hingga siap menjadi bahan baku atau produk akhir siap dikonsumsi, dimana didalamnya juga termasuk distribusi dan pemasarannya. Cakupan teknologi pasca panen dibedakan menjadi dua kelompok kegiatan besar, yaitu penanganan primer yang meliputi penanganan komoditas hingga menjadi produk setengah jadi atau produk siap olah, dimana perubahan/transformasi produk hanya terjadi secara fisik, sedangkan perubahan kimiawi biasanya tidak terjadi pada tahap ini dan penanganan sekunder, yakni kegiatan lanjutan dari penanganan primer, dimana pada tahap ini akan terjadi perubahan bentuk fisik maupun komposisi kimiawi dari produk akhir melalui suatu proses pengolahan. Contoh penanganan primer tanaman perkebunan (misalnya kakao atau coklat) adalah proses pengeringan dimana tujuan utamanya adalah menguapkan air sehingga diperoleh produk dengan kadar air kakao 6 - 7 % basis basah. Sedangkan dari sisi teknologinya, cara pengeringan kakao dapat dilakukan dengan penggabungan penjemuran (sun drying) dan pengeringan dengan mesin (artificial drying) untuk mendapatkan kadar air yang optimal dengan penampakan yang baik.
Hasil akhir penanganan primer kakao adalah kakao kering dengan kadar air optimal dan warna coklat seragam dan mengkilat. Penanganan sekunder kakao adalah pengolahan lebih lanjut kakao kering menjadi produk yang lebih hilir. Pada proses ini biji kakao hasil pengolahan primer digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan massa kakao yang akhirnya menjadi produk olahan berupa bubuk coklat, minyak coklat, meyses dan permen coklat serta produk olahan lainnya.
          Pada praktikum pengolahan minyak kelapa, diperoleh hasil sebanyak         1 143 kg dari 10 buah kelapa. Hasil ini dinilai masih kecil dari yang seharusnya dapat mencapai 1.5 – 2  kilogram per 20 kelapa. Hal ini mungkin disebabkan oleh kandungan minyak pada kelapa tersebut rendah. Selain itu, kandungan minyak kelapa sangat dipengaruhi oleh banyak variabel yang sangat berpengaruh. Selain habitat tanaman kelapa yang dipakai, varietas juga sangat berpengaruh, umur pohon kelapa yang lebih tua jauh lebih baik, demikian pula umur panen buah kelapa segar serta cara penyimpanan buah kelapa segar yang sudah di panen. Buah kelapa segar yang sudah masak sebaiknya tidak langsung di olah. Buah kelapa yang cukup umur untuk dibuat sebagai bibit, memiliki kandungan total minyak yang maksimal.
          Kedua, teknik pembuatan minyak kelapa yang tidak efektif dan tidak efisien. Tempat perebusan relatif tidak begitu besar sehingga diperlukan waktu yang lebih lama dalam pembuatan minyak kelapa. Selain itu, api yang digunakan tidak sempurna. Sehingga akan menghambat pemisahan antara minyak dengan dan blendo. Kemudian sentrifugasi yanh lambat juga menjadi faktor penghambat dalam pemisahan minyak dengan blendo yang dihasilkan.
          Pada praktikum kopi pengolahan biji kopi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara basah (wet process) dan cara kering (dry process). Pengolahan cara basah (mutu WIB) memerlukan proses yang cukup memakan waktu dan tenaga, antara lain dengan melakukan proses fermentasi biji, sehingga hanya dilakukan di perkebunan besar. Sedangkan cara kering (mutu OIB) untuk perkebunan dan (GB) untuk rakyat, umumnya dilakukan oleh petani karena prosesnya yang lebih sederhana dari pada proses basah. Oleh karena itu praktikan melakukan proses basah.
          Pada karet untuk memperoleh bahan olah karet yang bermutu baik beberapa persyaratan teknis yang harus diikuti yaitu tidak ditambahkan bahan-bahan non karet kemudian dibekukan dengan asam semut dengan dosis yang tepat. Lalu segera digiling dalam keadaan segar dan disimpan di tempat yang teduh dan terlindung dan tidak direndam.
          Pada praktikum terakhir pasca panen ini yaitu pratikan kunjungan ke pabrik pengolahan kelapa sawit di Cikasungkan Bogor. Disana pratikan memeroleh ilmu mengenai proses pengolahan kelapa sawit melalui beberapa tahap mulai dari taksasi panen sampai dengan pengolahan hasil panen. Selain itu pratiakan memperoleh mekanisme aspek manejerial pabrik pengolahan kelapa sawit. pada pabrik pengolahan kelapa sawit Cikasungka memiliki kapasitas 30 ton/jam dan mampu menghasilkan energi listrik untuk membantu proses pengolahan. Berikut adalah prosese pembuatan CPO di PTPN 8, PKS Cikasungka.
           Dalam pengolahan buah Kelapa Sawit di awali dengan proses pemanenan Buah Kelapa Sawit. Untuk memperoleh Hasil produksi (CPO) dengan kualitas yang baik serta dengan Rendemen minyak yang tinggi, Pemanenan dilakukan berdasarkan Kriteria Panen (tandan matang panen )  yaitu dapat dilihat dari jumlah berondolan yang telah jatuh ditanah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh (brondolan) dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan.
Cara Pemanenan Kelapa Sawit harus dilakukan dengan baik sesuai dengan standar opertional prosedur (SOP) yang telah ditentukan hal ini bertujuan agar pohon yang telah dipanen tidak terganggu produktifitasnya atau bahkan lebih meningkat dibandingkan sebelumnya. Proses pemanenan diawali dengan pemotongan pelepah daun yang menyangga buah, hal ini bertujuan agar memudahkan dalam proses penurunan buah. Selanjutnya pelepah tersebut disusun rapi ditengah gawangan dan dipotong menjadi dua bagian, perlakuan ini dapat meningkatkan unsur hara yang dibutuhkan Tanaman sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi buah. Kemudian buah yang telah dipanen dilakukan pemotongan tandan buah dekat pangkal, hal ini dilakukan untuk mengurangi beban timbangan Kelapa Sawit. Berondolan yang jatuh dikumpulkan dalam karung dan tandan buah segaar (TBS) selanjutnya di angkut menuju tempat pengumpulan hasil (TPH) untuk selanjutnya ditimbang dan diangkut menuju pabrik pengolahan Kelapa Sawit.
Setelah tandan buah segar dipanen, TBS diangkut menuju pabrik menggunakan Truk. Sebelum masuk kedalam Loading Ramp, TBS ditimbang terlebih dahulu. Penimbangan bertujuan untuk mengetahui berat muatan (TBS) yang diangkut sehingga memudahkan dalam perhitungan atau pembayaran hasil panen serta memudahkan untuk proses pengolahan selanjutnya. TBS yang telah ditimbang kemudian di periksa atau disortir terlebih dahulu tingkat kematangan buah menurut fraksi fraksinya. Fraksi dengan kualitas yang diinginkan adalah fraksi 2 dan 3 karena pada fraksi tersebut tingkat rendemen minyak yang dihasilkan maksimum sedangkan kandungan Asam Lemak Bebas (free fatty acid) minimum.
Proses selanjutnya tandan buah segar yang telah disortasi dimasukkan kedalam vertical stelizer yaitu bejana rebusan dengan siklus perebusan 135 menit, menggunakan temperatur 130-140 derajat celcius, dan tekanan 2,8-3,0 kg/cm2. Adapun tujuan dari proses perebusan adalah  menonaktifkan enzim lipase yang dapat menstimulir pembekuan freefatty acid dan mempermudah perontokan buah pada tresher. selain itu proses perebusan juga bertujuan untuk memudahkan ekstraksi minyak pada proses pengempaan. Perebusan juga dapat mengurangi kadar air dari inti sehingga mempermudah pelepasan inti dari cangkang.
Setelah proses perebusan tahapan selanjutnya adalah proses pemipilan atau pelepasan buah dari tandan. Pada proses ini, buah yang telah direbus di angkut). Buah kemudian masuk melalui automatic feeder dan masuk kedalam Thresher drumPada proses ini tandan buah segar yang telah direbus kemudian dirontokkan atau dipisahkan dari janjangnya. Pemipilan dilakukan dengan membanting buah dalam drum putar dengan kecepatan putaran 22-23 rpm. Buah yang terpisah akan jatuhmelalui kisi-kisi dan ditampung oleh Fruit elevator dan dibawa dengan scrapper bar untuk didistribusikan keunit-unit Digester.
Di dalam digester buah diaduk dan dilumat untuk memudahkan daging buah terpisah dari biji. Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak yang di dalamnya dipasang pisau-pisau pengaduk sebanyak 6 tingkat yang diikatkan pada pros dan digerakkan oleh motor listrik. Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan panas 90-95 C yang diberikan dengan cara menginjeksikan uap 3 kg/cm2 langsung atau melalui mantel. Proses pengadukan/ pelumatan berlangsung selama 30 menit. Setelah massa buah dari proses pengadukan selesai kemudian dimasukan ke dalam alat pengepresan (screw press).
Pengepresan berfungsi untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging buah (pericarp). Massa yang keluar dari digester diperas dalam screw press pada tekanan 50-60 bar dengan menggunakan air pembilas screw press suhu 90-95 C sebanyak 7 % TBS (maks) dengan hasil minyak kasar (crude oil) yang viscositasnya tinggi. Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan ampas serta biji. Minyak kasar (crude oil) yang dihasilkan kemudian disaring menggunakan Vibrating screen. Penyaringan bertujuan untuk memisahkan beberapa bahan asing seperti pasir, serabut dan bahan-bahan lain yang masih mengandung minyak dan dapat dikembalikan ke digester. Vibrating screen terdiri dari 2 tingkat saringan dengan luas permukaan 2 m. Tingkat atas memakai saringan ukuran 20 mesh, sedangkan tingkat bawah memakai saringan 40 mesh. Minyak yang telah disaring kemudian ditampung kedalam Crude Oil Tank (COT). Di dalam COT suhu dipertahankan 90-95°C agar kualitas minyak yang terbentuk tetap baik.
Tahap selanjutnya minyak dimasukkan kedalam Tanki Klarifikasi (Clarifier Tank). prinsip dari proses pemurnian minyak di dalam tangki pemisah adalah melakukan pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran  minyak kasar dapat terpisah dari air. Pada tahapan ini dihasilkan dua jenis bahan yaitu Crude oil dan Slude . Minyak kasar yang dihasilkan kemudian ditampung sementara kedalam Oil Tank. Di dalam oil tank juga terjadi pemanasan (75-80°C) dengan tujuan untuk mengurangi kadar air.
Minyak kemudian dimurnikan dalam Purifier, Di dalam purifier dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran dan kadar air yang terdapat pada minyak berdasarkan atas perbedaan densitas dengan menggunakan gaya sentrifugal, dengan kecepatan perputarannya 7500 rpm. Kotoran dan air yang memiliki densitas yang besar akan berada pada bagian yang luar (dinding bowl), sedangkan minyak yang mempunyai densitas lebih kecil bergerak ke arah poros dan keluar melalui sudu-sudu untuk dialirkan ke vacuum drier. Kotoran dan air yang melekat pada dinding di-blowdown ke saluran pembuangan untuk dibawa ke Fat Pit. Slude yang dihasilkan dari Clarifier tank kemudian di alirkan ke dalam Decanter. Di dalam alat ini terjadi pemisahan antara Light phase, Heavy phase dan Solid. Light phase yang dihasilkan kemudian akan di alirkan kembali ke dalam crude oil tank sedangkan Heavy phase akan di tampung dalam bak penampungan (Fat Pit). Solid atau padatan yang dihasilkan akan diolah menjadi pupuk atau bahan penimbun.
Minyak yang keluar dari purifier masih mengandung air, maka untuk mengurangi kadar air tersebut, minyak dipompakan ke vacuum drier. Di sini minyak disemprot dengan menggunakan nozzle sehingga campuran minyak dan air tersebut akan pecah. Hal ini akan mempermudah pemisahan air dalam minyak, dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih rendah dari air akan turun ke bawah dan kemudian dialirkan ke storage tank. Crude Palm Oil yang dihasilkan kemudian dialirkan ke dalam Storage tank (tangki timbun). Suhu simpan dalam Storage Tank dipertahankan sntara 45-55°C. hal ini bertujuan agar kualitas CPO yang dihasilkan tetap terjamin sampai tiba waktunya pengiriman.



KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan, pengolahan data, dan pembahasan dapat disimpulkan, penanganan pasca panen adalah hal yang sangat penting dalam kegiatan pertanian atau perkebunan, karena tahap ini merupakan tahap akhir dari pemanenan untuk mendapatkan hasil yang sesuai. Penanganan pasca panen harus segera dilakukan setelah pemanenan pada komoditas tanaman tertentu untuk mendapatkan kualitas produksi yang baik dan mutu yang tinggi, selain itu juga untuk menghindari pembusukan pada hasil tanaman pada komoditas tertentu sehingga akan menghasilkan hasil yang kurang baik dan menyebabkan mutu yang rendah.
Beberapa masalah lain yang erat kaitannya dengan teknologi pascapanen antara lain:
a.       Kesenjangan dan keterbelakangan dalam memproduksi bibit/benih unggul di dalam negeri.
b.      Kesenjangan dalam inovasi teknologi, baik dalam teknologi pengembangan peralatan pasca panen maupun informasi teknologi penanganan pasca panen itu sendiri.
c.       Rendahnya pengertian masyarakat umum dalam hal-hal yang berkaitan dengan penanganan pasca panen, misalnya tentang susut pasca panen sehingga mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap masalah mutu.
d.      Belum sempurnanya infrastruktur yang menunjang sistem distribusi dan transportasi hasil perkebunan rakyat.
e.       Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan petani dan petugas penyuluh lapang akan teknologi pascapanen.
Dalam proses penanganan pasca panen pengawasan harus lebih ditekankna untuk mendapatkan produk yang diingikan dengan kualitas tinggi. Timbulnya sedikit masalah pada saat proses pengolahan pasca panen dapat berpengaruh pada hasil akhir produk.

DAFTAR PUSTAKA

Winarno, F.G. 1981. Fisiology Lepas Panen. Sastra Hudaya Jakarta