KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmad dan
hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Pasca Panen ini
dengan baik tanpa halangan suatu apapun. Terima kasih penulis
ucapkan kepada pihak-pihak yang telah terlibat
dalam pembuatan laporan ini dan pihak yang terlibat selama praktikum di
lapangan.
Laporan Pasca Panen ini merupakan
tugas akhir dari semester empat sebagai
wujud pertanggungjawaban terhadap
praktikum yang telah penulis lakukan selama satu semester ini.
Laporan ini berisi tentang Pembersihan kulit tanduk pada kopi/sortasi biji kopi, pembuatan
kopra, pengolahan pasca panen kakao (fermentasi
biji kakao), pengolahan teh, teknik
pengolahan karet dan penentuan kadar karet kering (KKK), pembuatan
minyak kelapa, dan proses pengolahan
kelapa sawit di
PKS Kebun Cikasungka,
Bogor.
Pembuatan laporan ini tentunya
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk kedepannya.
Bogor,
Januari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KESIMPULAN.....................................................................................................
17
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................18
Lampiran................................................................................................................19
Daftar Tabel
Tabel 7 Fraksi
buah kelapasawit di PTPN 8, PKS/Kebun Cikasungka.................10
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Panen adalah
kegiatan mengumpulkan hasil usaha tani dari lahan
budi daya. Istilah ini paling umum dipakai
dalam kegiatan bercocok tanam dan
menandai berakhirnya kegiatan di lahan. Namun demikian, istilah ini memiliki arti yang lebih luas, karena dapat
dipakai pula dalam budi daya ikan atau
berbagai jenis objek usaha tani lainnya, seperti
jamur, udang, dan alga/gulma laut. Secara kultural, panen dalam masyarakat agraris
sering menjadi alasan untuk mengadakan festival
dan perayaan lain.
Dalam
bidang pertanian,
istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau perlakuan yang
diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di tangan
konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut pasca produksi (postproduction) yang dapat dibagi
dalam dua bagian atau tahapan, yaitu pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing).
Penanganan pasca panen (postharvest)
sering disebut juga sebagai pengolahan primer (primary processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua
perlakuan, dari
panen sampai komoditas dapat dikonsumsi “segar” atau untuk persiapan
pengolahan berikutnya. Umumnya, perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau
penampakan, kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi.
Pengolahan (secondary processing)
merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman ke kondisi lain atau bentuk lain
dengan tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan),
mencegah perubahan yang tidak dikehendaki atau untuk penggunaan
lain.
Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum pasca panen yang praktikan lakukan adalah :
1. Mengetahui dan memahami
definisi panen.
2. Mengetahui dan memahami
hal utama dalam pemanenan.
3. Mengetahui dan memahami
penanganan panen
yang baik.
4. Mengetahui dan memahami
penanganan segera setelah panen.
METODE PELAKSANAAN
Tempat Dan Waktu
Praktikum pasca panen ini dilaksanakan di daerah
CIKATAS (Kebun Percobaan IPB Darmaga) dan CIKASUNGKA (pabrik pengolahan kelapa sawit)
yang dimulai pada tanggal 16 September 2013
– 15 Januari 2014.
Alat dan Bahan
1.
Teh
2.
Kelapa
3.
Kakao
4.
Kopi
5.
Lateks
6.
Kompor gas
7.
Parutan kelapa
8.
Kuali
9.
Spatula
10. Botol
11. Tampian
12. Cuter
13. Pisau okulasi
14. Parang
15. Asam semut
16. Timbangan
17. Bak Fermentasi
18. Ragi
19. Ember
20. Daun pisang
21. Talenan
22. Penggiling latek
23. Gelas ukur
24. Penumbuk
25. Gunting
26. Termometer
27. Kertas lakmus
28. Kamera
29. Lap
30. Saringan
Metode Praktikum
A. Pembersihan Kulit Tanduk pada Kopi / Sortasi Biji Kopi
1.
Setiap kelompok
memanen buah kopi yang telah siap dipanen ( kulit buah kopi berwarna merah )
2.
Sortasi buah
kopi dari buah yang telah kelewat matang, busuk ataupun mentah.
3.
Timbang hasil
pemanenan buah kopi.
4.
Jemur buah kopi
dibawah sinar matahari.
5.
Tumbuk buah kopi
agar kulit tanduk mudah terkelupas dan terpisah dari biji.
6.
Sangrai biji
kopi hingga berwarna hitam dan menimbulkan aroma.
7.
Biji siap
dikemas.
B. Pembuatan Kopra
1.
Pilih kelapa
yang sudah tua dan belum bertunas.
2.
Setiap kelompok
mengambil 5 butir kelapa.
3.
Timbang bobot kotor
kelapa yang masih utuh.
4.
Bersihkan kelapa
dari sabut dan timbang lagi.
5.
Belah kelapa
hingga airnya keluar dan ditimbang lagi.
6.
Satu kelapa
dibagi menjadi enam potongan daging dan empat kelapa dibagi delapan potongan
daging.
7.
Jemur kelapa
dibawah sinar matahari dengan menggunakan tampian sebagai alas.
C. Pengolahan Pasca Panen Kakao(Fermentasi Biji Kakao)
1.
Setiap kelompok
mengambil buah kakao sebanyak 10 buah.
2.
Timbang buah
kakao untuk dicari berat rata-ratanya.
3.
Buah dibelah menggunakan
parang dengan syarat tanpa melukai biji kakao.
4.
Pisahkan biji
kakao yang sehat dan yang tidak sehat ataupun masih mentah.
5.
Timbang biji
kakao yang sehat dan yang tidak digunakan.
6.
Tempatkan biji
kakao pada bak fermentasi.
7.
Setiap hari
lakukan pembalikan biji kakao agar fermentasi terjadi sempurna.
8.
Ukur suhu saat
proses fermentasi dan amati apa yang terjadi serta ukur kemasaman pada biji
kakao tersebut.
D. Pengolahan Teh
Pengolahan teh
hijau sederhana, dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1.
Pelayuan
Daun teh petikan
dihamparkan di tempat yang teduh atau dibawah atap berupa lapisan yang tipis,
dengan maksud agar daun menjadi layu. Biasanya setelah diangin-anginkan selama
1-2 hari, daun-daun telah cukup layu. Cara pelayuan yang sering dilakukan juga
adalah dengan sinar matahari (dijemur), atau ada juga yang dimasukkan ke dalam
belanga diatas perapian. Pelayuan diakhiri setelah diperoleh daun yang amat
lemas. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pelayuan adalah kondisi
bahan dasar, tebal hamparan, suhu dan waktu pelayuan, kelembaban udara dan
kecepatan gerakan udara.
2.
Penggulungan
Penggulungan
pada pengolahan teh hijau bertujuan membentuk mutu secara fisik, karena selama
penggulungan, pucuk teh akan dibentuk menjadi gulungan-gulungan kecil dan
terjadi pemotongan. Proses ini harus segera dilakukan setelah pucuk layu keluar
mesin rotary panner. Untuk membuat teh hijau mutu ekspor, penggunaan mesin
penggulung yang berukuran 26” tipe single action sangat cocok untuk tujuan
tersebut. Penggulungan dilakukan satu kali agar tidak terjadi penghancuran daun
teh yang terlalu banyak, yang dapat meningkatkan jumlah bubuk dengan mutu yang
kurang menguntungkan. Lama penggulungan disesuaikan dengan tingkat layu pucuk,
ukuran, tipe mesin penggulung serta mutu pucuk yang diolah. Lama penggulungan
sebaiknya tidak lebih dari 30 menit dihitung sejak pucuk layu masuk mesin
penggulung.
3.
Pengeringan
Pengeringan
dapat dilakukan dengan beberapa cara. Yang biasa dilakukan oleh para petani diantaranya adalah:
a) Daun
yang telah digulung, dipanaskan/disangrai diatas panci besi atau tanah yang
dipanasi dari bawah
b) Daun
yang telah digulung dikeringkan dengan cara digarang. Untuk menggarang ini
diperlukan tungku. Dinding mulut lubang tungku yang mengarah keatas dibuat
sedikit lebih tinggi supaya tidak terlalu panas. Untuk memperoleh pemanasan
yang rata, suhu jangan terlalu tinggi, dan supaya tidak berasap, digunakan
arang kayu sebagai bahan bakar. Lama pengeringan sekitar 30 menit. Daun
dianggap telah kering apabila digenggam dengan tangan lalu ditekan akan berbunyi
krak karena ada daun-daun yang patah.
E. Teknik Pengolahan Karet dan Penentuan KKK
1.
Setiap kelompok
menyiapkan 1 liter lateks untuk digiling
2.
Tumpahkan lateks
kedalam talenan yang telah dibersihkan.
3.
Tuangkan asam
semut sebanyak 500 ml kedalam talenan sambil di atuk merata agar menjadi
homogen.
4.
Ratakan
permukaan dengan alat perata dan tempatkan latek dibawah paparan sinar matahari
agar lateks cepat mengeras.
5.
Setelah
mengeras, untuk mengurangi bobot air maka latek di giling dengan mesin
penggiling lateks
6.
Sambil menggiling
atur lateks agar tidak putus ataupun berlubang.
7.
Jemur hasil
penggilingan agar lateks memiliki berat kering maksimum.
8.
Hitung KKK dan
Ribbed Smoke sheed.
F. Pembuatan Minyak Kelapa
1.
Pilih kelapa
yang sudah tua.
2.
Kupas kulit
kelapa kemudian pisahkan daging buah dari batoknya dengan cara dicungkil.
3.
Setelah itu kelapa baru
bisa diparut dengan tangan atau menggunakan alat khusus untuk memarut kelapa.
4.
Campur kelapa yang
sudah diparut tadi dengan air bersih, peras kemudian saring.
G. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Di PKS Kebun Cikasungka Bogor
1.
Setiap
praktikan diarahkan dan dijelaskan proses pengolahan kelapa sawit.
2.
Tempat
pertama untuk pengolahan yakni jembatan timbang yang digunakan sebagai
penimbangan TBS yang masuk.
3.
Praktikan
diarahkan menuju loading ramp tempat
penumpukan TBS sebelum masuk ke proses selanjutnya.
4.
Setelah
dari tempat penumpukan TBS pindah ke tempat scrapper
bar dan ke vertical sterilizer.
5.
Kemudian
praktikan diarahkan lagi menuju thresher
drum, conveyor empty bunch, empty bunch shredder, transport empty bunch, dan composting.
6.
Terakhir
praktikan diarahkan ke shell bin,
yakni tempat penimbunan cangkang sementara untuk bahan bakar.
Hasil Praktikum
Tabel 1 Pembersihan kulit tanduk pada
kopi / sortasi biji kopi di Kebun Percobaan CIKATAS, IPB Dramaga,
Bogor.
Kelompok
|
Bobot biji
kopi awal
(kg)
|
Bobot setelah
kulit tanduk dilepas
(kg)
|
P1
|
1.67
|
1.52
|
P2
|
1.42
|
1.25
|
Kelompok
|
Rata–rata
bobot Kg)
|
|||
Buah utuh
|
Tanpa sabut
|
Tempurung
+ daging
tanpa
air
|
Kopra
|
|
1
|
1,4
|
1,1
|
0,7
|
0,30
|
2
|
1,8
|
1,2
|
0,8
|
0,55
|
3
|
1,2
|
0,9
|
0,5
|
0,40
|
4
|
1,8
|
1,4
|
1,0
|
0,55
|
5
|
2.6
|
1,0
|
0,7
|
0,40
|
6
|
1,5
|
1,1
|
0,7
|
0,35
|
7
|
1,4
|
1,0
|
0,6
|
0,25
|
8
|
1,6
|
1,2
|
0,7
|
0,40
|
9
|
1,8
|
1,3
|
0,9
|
0,45
|
10
|
1,6
|
1,1
|
0,7
|
0,46
|
11
|
1,5
|
1,2
|
1,0
|
0,65
|
12
|
1,3
|
1,0
|
0,7
|
0,5
|
Note : Setiap kelompok mendapatkan 5 butir kelapa dan
diambil bobot rata-ranya untuk tabel diatas.
Tabel 3 Pengolahan pasca panen kakao (fermentasi biji kakao) dikebun
percobaan CIKATAS, IPB Dramaga, Bogor
a.
Pra Fermentasi
P1
|
|||
Kelompok
|
Bobot
Buah
Utuh
(Kg)
|
Bobot
Biji
Superior (Kg)
|
Bobot
Biji
Inferior (Kg)
|
1
|
3,45
|
0,95
|
0,1
|
2
|
3,75
|
0,95
|
0,3
|
3
|
4,20
|
1,15
|
-
|
4
|
4,40
|
1,35
|
-
|
5
|
4,10
|
1,15
|
0,1
|
6
|
4,30
|
1,35
|
0,5
|
Total
|
24,2
|
6,90
|
1,0
|
P2
|
|||
Kelompok
|
Bobot
Buah
Utuh
(Kg)
|
Bobot
Biji
Superior (Kg)
|
Bobot
Biji
Inferior (Kg)
|
7
|
4,3
|
1,8
|
0,3
|
8
|
3,5
|
1,3
|
0,3
|
9
|
2,75
|
2,1
|
-
|
10
|
3,28
|
1,74
|
0,2
|
11
|
4,7
|
1,75
|
0,5
|
12
|
4,13
|
1,28
|
0,6
|
Total
|
22,66
|
9,97
|
1,9
|
b. Fermentasi
Hari
ke-
|
Suhu
(0C)
|
pH
|
Warna
|
Bau
|
Rasa
|
||
P1
|
P2
|
P1
|
P2
|
||||
1-2
|
30
|
29
|
4
|
4
|
Kuning
Keputihan
|
Segar
|
Manis
|
3-4
|
35
|
34
|
5
|
5
|
Kuning
Kecoklatan
|
Busuk
|
Asam
|
5-6
|
37
|
36
|
6
|
6
|
Coklat
|
Asam
|
Asam
|
c. Pasca fermentasi
Ø P1
Bobot biji àsetelah pencucian 6,5kg; Setelah
pengeringan (3 minggu) 1,97 kg; Setelah Sortasi 1,85 kg.
Ø P2
Bobot
Biji à
setelah pencucian 9,85 kg; Setelah pengeringan (3minggu) 3,25kg; Sortasi 3,05
kg.
Bobot
Daun Basah
(g)
|
Bobot
Daun Layu
(g)
|
Bobot
Daun Kering
(g)
|
|||
P1
|
P2
|
P1
|
P2
|
P1
|
P2
|
800
|
600
|
425
|
270
|
285
|
120
|
Perhitungan
lateks dikebun percobaan CIKATAS, IPB
Dramaga, Bogor.
1. Kadar
Karet Kering
§ volume
awal = 100 ml gram
§ berat
karet giling = 47
§ KKK
= 47 gram X 0,7 (FK %) = 33 %
2. Ribbed
smoke sheet
§ Volume
lateks = 500 ml
§ Volume
air = KKK kebun – KKK pengenceran (18%)
KKK
pengenceran
=
33 – 18 x 0,5 l
18
=
0,416 liter
Kelapa
|
Kelapa
utuh (kg)
|
Kelapa tanpa serabut (kg)
|
Kelapa tanpa serabut dan tempurung
(kg)
|
1
|
1,65
|
1,12
|
0,53
|
2
|
1,48
|
0,90
|
0,48
|
3
|
1,34
|
0,92
|
0,48
|
4
|
1,65
|
1,30
|
0,56
|
5
|
1,68
|
1,10
|
0,53
|
6
|
1,70
|
1,10
|
0,53
|
7
|
1,85
|
1,10
|
0,53
|
8
|
1,75
|
1,20
|
0,55
|
9
|
2,92
|
1,38
|
0,57
|
10
|
1.42
|
1,20
|
0,54
|
Jumlah
|
17,44
|
11,32
|
5,3
|
Note : Dari jumlah kelapa yang diparut 5,3 kg
menghasilkan ampas 2,2 kg dan santan 5 liter. Setelah dimasak selama 1 jam 35
menit menghasilkan galendo sebanyak
0,595 dan minyak sebanyak 1,143 kg.
Tabel 7 Fraksi
buah kelapasawit di PTPN 8, PKS/Kebun Cikasungka
No
|
Fase buah
|
Fraksi
buah
|
Jumlah
berondolan yang jatuh
|
Tingkat
kematangan
|
1
|
Mentah
|
00
|
Tdk ada
tandan buah yg berwarna hijau atau hitam
|
Sangat
mentah
|
0
|
1 %-12,5 %
buah luar atau 0-1 berondolan/kg tandan membrondol
|
Mentah
|
||
2
|
Matang
|
1
|
12,5-25%
buah luar atau 2 berondolan/kg tandan 25 % dari buah luar membrondol
|
Kurang
matang
|
2
|
25-50 %
buah luar membrondol
|
Matang
|
||
3
|
50-75 %
buah luar membrondol
|
Matang
|
||
3
|
Lewat
|
4
|
75-100%
buah luar membrondol
|
Lewat
matang (ranum)
|
5
|
100 % buah
luar membrondol dan sebagian berbau busuk
|
Lewat
matang (busuk)
|
Sumber : Data fraksi
buah PTPN 8
PEMBAHASAN
Praktikum yang
praktikan lakukan yakni melakukan pasca panen terhadap tanaman perkebunan
seperti kopi, kakao, karet, kelapa, teh,
dan kelapa sawit dengan perlakuan yang berbeda-beda sesuai komuditasnya. Penanganan
pasca panen adalah hal yang sangat penting dalam kegiatan pertanian atau
perkebunan, karena tahap ini merupakan tahap akhir dari pemanenan untuk mendapatkan
hasil yang sesuai. Penanganan pasca panen harus segera dilakukan setelah
pemanenan pada komoditas tanaman tertentu untuk mendapatkan kualitas produksi
yang baik dan mutu yang tinggi, selain itu juga untuk menghindari pembusukan
pada hasil tanaman pada komoditas tertentu sehingga akan menghasilkan hasil
yang kurang baik dan menyebabkan mutu yang rendah. Beberapa masalah lain yang erat kaitannya dengan teknologi
pascapanen antara lain:
1.
Kesenjangan
dan keterbelakangan dalam memproduksi bibit/benih unggul di dalam negeri.
2.
Kesenjangan dalam inovasi teknologi, baik dalam teknologi
pengembangan peralatan pasca panen maupun informasi
teknologi penanganan pasca panen itu sendiri.
3.
Rendahnya pengertian masyarakat umum dalam hal-hal yang berkaitan
dengan penanganan pasca
panen, misalnya tentang susut pasca panen
sehingga mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap masalah mutu.
4.
Belum sempurnanya infrastruktur yang menunjang sistem distribusi
dan transportasi hasil perkebunan rakyat.
5.
Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan petani dan petugas
penyuluh lapang akan teknologi pascapanen.
Kegiatan penanganan
pasca panen tanaman perkebunan didefinisikan sebagai suatu kegiatan
penanganan produk hasil perkebunan, sejak pemanenan hingga siap menjadi bahan
baku atau produk akhir siap dikonsumsi, dimana didalamnya juga termasuk
distribusi dan pemasarannya. Cakupan teknologi pasca panen
dibedakan menjadi dua kelompok kegiatan besar, yaitu penanganan primer yang meliputi penanganan komoditas hingga menjadi produk setengah
jadi atau produk siap olah, dimana perubahan/transformasi produk hanya terjadi
secara fisik, sedangkan perubahan kimiawi biasanya tidak terjadi pada tahap ini dan penanganan sekunder, yakni kegiatan lanjutan dari penanganan primer, dimana pada
tahap ini akan terjadi perubahan bentuk fisik maupun komposisi kimiawi dari
produk akhir melalui suatu proses pengolahan. Contoh penanganan primer tanaman
perkebunan (misalnya kakao atau coklat) adalah proses pengeringan dimana tujuan
utamanya adalah menguapkan air sehingga diperoleh produk dengan kadar air kakao
6 - 7 % basis basah. Sedangkan dari sisi teknologinya, cara
pengeringan kakao dapat dilakukan dengan penggabungan penjemuran (sun
drying) dan pengeringan
dengan mesin (artificial drying) untuk
mendapatkan kadar air yang optimal dengan penampakan yang baik.
Hasil akhir penanganan
primer kakao adalah kakao kering dengan kadar air optimal dan warna coklat
seragam dan mengkilat. Penanganan sekunder kakao adalah pengolahan lebih lanjut
kakao kering menjadi produk yang lebih hilir. Pada proses ini biji kakao hasil
pengolahan primer digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan massa kakao yang
akhirnya menjadi produk olahan berupa bubuk coklat, minyak coklat, meyses dan
permen coklat serta produk olahan lainnya.
Pada
praktikum pengolahan minyak kelapa, diperoleh hasil sebanyak 1
143 kg dari 10 buah kelapa. Hasil ini dinilai masih kecil
dari yang seharusnya dapat mencapai 1.5
– 2 kilogram
per 20 kelapa. Hal ini mungkin
disebabkan oleh kandungan minyak pada kelapa tersebut rendah. Selain
itu, kandungan minyak kelapa sangat
dipengaruhi oleh banyak variabel yang sangat berpengaruh. Selain habitat tanaman
kelapa yang dipakai, varietas juga sangat berpengaruh, umur pohon kelapa yang
lebih tua jauh lebih baik, demikian pula umur panen buah kelapa segar serta
cara penyimpanan buah kelapa segar yang sudah di panen. Buah kelapa segar yang
sudah masak sebaiknya tidak langsung di olah. Buah kelapa yang cukup umur untuk
dibuat sebagai bibit, memiliki kandungan total minyak yang maksimal.
Kedua,
teknik pembuatan minyak kelapa yang tidak efektif dan tidak efisien. Tempat
perebusan relatif tidak begitu besar sehingga diperlukan waktu yang lebih lama
dalam pembuatan minyak kelapa. Selain itu, api yang digunakan tidak sempurna.
Sehingga akan menghambat pemisahan antara minyak dengan dan blendo. Kemudian
sentrifugasi yanh lambat juga menjadi faktor penghambat dalam pemisahan minyak
dengan blendo yang dihasilkan.
Pada
praktikum kopi pengolahan biji kopi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara
basah (wet process) dan cara kering (dry process). Pengolahan cara basah (mutu WIB)
memerlukan proses yang cukup memakan waktu dan tenaga, antara lain dengan
melakukan proses fermentasi biji, sehingga hanya dilakukan di perkebunan besar. Sedangkan cara kering (mutu OIB) untuk
perkebunan dan (GB) untuk rakyat, umumnya dilakukan oleh petani karena
prosesnya yang lebih sederhana dari pada proses basah. Oleh karena itu praktikan melakukan
proses basah.
Pada karet untuk memperoleh bahan olah karet yang bermutu baik beberapa
persyaratan teknis yang harus diikuti yaitu tidak ditambahkan bahan-bahan non karet kemudian dibekukan dengan asam semut dengan dosis yang tepat. Lalu segera digiling dalam keadaan segar dan disimpan di tempat yang teduh dan terlindung dan tidak
direndam.
Pada
praktikum terakhir pasca panen ini yaitu pratikan kunjungan ke pabrik
pengolahan kelapa sawit di Cikasungkan Bogor. Disana pratikan memeroleh ilmu
mengenai proses pengolahan kelapa sawit melalui beberapa tahap mulai dari
taksasi panen sampai dengan pengolahan hasil panen. Selain itu pratiakan
memperoleh mekanisme aspek manejerial pabrik pengolahan kelapa sawit. pada
pabrik pengolahan kelapa sawit Cikasungka memiliki kapasitas 30 ton/jam dan
mampu menghasilkan energi listrik untuk membantu proses pengolahan.
Berikut adalah prosese pembuatan CPO di PTPN 8, PKS Cikasungka.
Dalam pengolahan buah Kelapa Sawit
di awali dengan proses pemanenan Buah Kelapa Sawit. Untuk memperoleh Hasil
produksi (CPO) dengan kualitas yang baik serta dengan Rendemen minyak yang
tinggi, Pemanenan dilakukan berdasarkan Kriteria Panen (tandan matang panen )
yaitu dapat dilihat dari jumlah berondolan yang telah jatuh ditanah
sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh (brondolan) dari tandan yang beratnya
kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan.
Cara
Pemanenan Kelapa Sawit harus dilakukan dengan baik sesuai dengan standar
opertional prosedur (SOP) yang telah ditentukan hal ini bertujuan agar pohon
yang telah dipanen tidak terganggu produktifitasnya atau bahkan lebih meningkat
dibandingkan sebelumnya. Proses pemanenan diawali dengan pemotongan pelepah
daun yang menyangga buah, hal ini bertujuan agar memudahkan dalam proses
penurunan buah. Selanjutnya pelepah tersebut disusun rapi ditengah gawangan dan
dipotong menjadi dua bagian, perlakuan ini dapat meningkatkan unsur hara yang
dibutuhkan Tanaman sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi buah.
Kemudian buah yang telah dipanen dilakukan pemotongan tandan buah dekat
pangkal, hal ini dilakukan untuk mengurangi beban timbangan Kelapa Sawit.
Berondolan yang jatuh dikumpulkan dalam karung dan tandan buah segaar (TBS)
selanjutnya di angkut menuju tempat pengumpulan hasil (TPH) untuk selanjutnya ditimbang
dan diangkut menuju pabrik pengolahan Kelapa Sawit.
Setelah
tandan buah segar dipanen, TBS diangkut menuju pabrik menggunakan Truk. Sebelum
masuk kedalam Loading Ramp, TBS ditimbang terlebih dahulu. Penimbangan
bertujuan untuk mengetahui berat muatan (TBS) yang diangkut sehingga memudahkan
dalam perhitungan atau pembayaran hasil panen serta memudahkan untuk proses
pengolahan selanjutnya. TBS yang telah ditimbang kemudian di periksa atau
disortir terlebih dahulu tingkat kematangan buah menurut fraksi fraksinya.
Fraksi dengan kualitas yang diinginkan adalah fraksi 2 dan 3 karena pada fraksi
tersebut tingkat rendemen minyak yang dihasilkan maksimum sedangkan kandungan
Asam Lemak Bebas (free fatty
acid) minimum.
Proses
selanjutnya tandan buah segar yang telah disortasi dimasukkan kedalam vertical stelizer yaitu bejana rebusan
dengan siklus perebusan 135 menit, menggunakan temperatur 130-140 derajat
celcius, dan tekanan 2,8-3,0 kg/cm2. Adapun tujuan dari proses
perebusan adalah menonaktifkan enzim lipase yang dapat menstimulir pembekuan freefatty acid dan mempermudah
perontokan buah pada tresher. selain itu proses perebusan juga bertujuan untuk
memudahkan ekstraksi minyak pada proses pengempaan. Perebusan juga dapat
mengurangi kadar air dari inti sehingga mempermudah pelepasan inti dari
cangkang.
Setelah
proses perebusan tahapan selanjutnya adalah proses pemipilan atau pelepasan
buah dari tandan. Pada proses ini, buah yang telah direbus di angkut). Buah kemudian masuk melalui automatic
feeder dan masuk kedalam Thresher drum. Pada proses ini
tandan buah segar yang telah direbus kemudian dirontokkan atau dipisahkan dari
janjangnya. Pemipilan dilakukan dengan membanting buah dalam drum putar dengan
kecepatan putaran 22-23 rpm. Buah yang terpisah akan jatuhmelalui kisi-kisi dan
ditampung oleh Fruit elevator dan dibawa dengan scrapper bar untuk didistribusikan keunit-unit Digester.
Di dalam
digester buah diaduk dan dilumat untuk memudahkan daging buah terpisah dari
biji. Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak yang di dalamnya
dipasang pisau-pisau pengaduk sebanyak 6 tingkat yang diikatkan pada pros dan
digerakkan oleh motor listrik. Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan
panas 90-95 C yang diberikan dengan cara menginjeksikan uap 3 kg/cm2 langsung
atau melalui mantel. Proses pengadukan/ pelumatan berlangsung selama 30 menit.
Setelah massa buah dari proses pengadukan selesai kemudian dimasukan ke dalam
alat pengepresan (screw press).
Pengepresan
berfungsi untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging buah
(pericarp). Massa yang keluar dari digester diperas dalam screw press pada
tekanan 50-60 bar dengan menggunakan air pembilas screw press suhu 90-95 C
sebanyak 7 % TBS (maks) dengan hasil minyak kasar (crude oil) yang
viscositasnya tinggi. Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan
ampas serta biji. Minyak kasar (crude oil) yang dihasilkan kemudian disaring
menggunakan Vibrating screen. Penyaringan bertujuan untuk memisahkan beberapa
bahan asing seperti pasir, serabut dan bahan-bahan lain yang masih mengandung
minyak dan dapat dikembalikan ke digester. Vibrating screen terdiri dari 2
tingkat saringan dengan luas permukaan 2 m2 . Tingkat atas
memakai saringan ukuran 20 mesh, sedangkan tingkat bawah memakai saringan 40
mesh. Minyak yang telah disaring kemudian ditampung kedalam Crude Oil Tank
(COT). Di dalam COT suhu dipertahankan 90-95°C agar kualitas minyak yang
terbentuk tetap baik.
Tahap
selanjutnya minyak dimasukkan kedalam Tanki Klarifikasi (Clarifier Tank).
prinsip dari proses pemurnian minyak di dalam tangki pemisah adalah melakukan
pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran minyak
kasar dapat terpisah dari air. Pada tahapan ini dihasilkan dua jenis bahan
yaitu Crude oil dan Slude . Minyak kasar yang dihasilkan kemudian ditampung
sementara kedalam Oil Tank. Di dalam oil tank juga terjadi pemanasan (75-80°C)
dengan tujuan untuk mengurangi kadar air.
Minyak
kemudian dimurnikan dalam Purifier, Di dalam purifier dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran
dan kadar air yang terdapat pada minyak berdasarkan atas perbedaan densitas
dengan menggunakan gaya sentrifugal, dengan kecepatan perputarannya 7500 rpm.
Kotoran dan air yang memiliki densitas yang besar akan berada pada bagian yang
luar (dinding bowl),
sedangkan minyak yang mempunyai densitas lebih kecil bergerak ke arah poros dan
keluar melalui sudu-sudu untuk dialirkan ke vacuum drier. Kotoran dan air yang melekat pada dinding di-blowdown ke saluran pembuangan
untuk dibawa ke Fat Pit. Slude
yang dihasilkan dari Clarifier tank kemudian di alirkan ke dalam Decanter. Di
dalam alat ini terjadi pemisahan antara Light phase, Heavy phase dan Solid.
Light phase yang dihasilkan kemudian akan di alirkan kembali ke dalam crude oil
tank sedangkan Heavy phase akan di tampung dalam bak penampungan (Fat Pit).
Solid atau padatan yang dihasilkan akan diolah menjadi pupuk atau bahan
penimbun.
Minyak yang
keluar dari purifier masih
mengandung air, maka untuk mengurangi kadar air tersebut, minyak dipompakan ke vacuum drier. Di sini minyak
disemprot dengan menggunakan nozzle sehingga
campuran minyak dan air tersebut akan pecah. Hal ini akan mempermudah pemisahan
air dalam minyak, dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih rendah dari air
akan turun ke bawah dan kemudian dialirkan ke storage tank. Crude Palm Oil yang dihasilkan kemudian dialirkan
ke dalam Storage tank (tangki timbun). Suhu simpan dalam Storage Tank
dipertahankan sntara 45-55°C. hal ini bertujuan agar kualitas CPO yang
dihasilkan tetap terjamin sampai tiba waktunya pengiriman.
KESIMPULAN
Dari praktikum
yang telah dilakukan, pengolahan data, dan pembahasan dapat disimpulkan, penanganan pasca panen adalah hal yang sangat penting
dalam kegiatan pertanian atau perkebunan, karena tahap ini merupakan tahap
akhir dari pemanenan untuk mendapatkan hasil yang sesuai. Penanganan pasca
panen harus segera dilakukan setelah pemanenan pada komoditas tanaman tertentu
untuk mendapatkan kualitas produksi yang baik dan mutu yang tinggi, selain itu
juga untuk menghindari pembusukan pada hasil tanaman pada komoditas tertentu
sehingga akan menghasilkan hasil yang kurang baik dan menyebabkan mutu yang
rendah.
Beberapa masalah lain
yang erat kaitannya dengan teknologi pascapanen antara lain:
a.
Kesenjangan
dan keterbelakangan dalam memproduksi bibit/benih unggul di dalam negeri.
b.
Kesenjangan dalam inovasi teknologi, baik dalam teknologi
pengembangan peralatan pasca panen maupun informasi
teknologi penanganan pasca panen itu sendiri.
c.
Rendahnya pengertian masyarakat umum dalam hal-hal yang berkaitan
dengan penanganan pasca
panen, misalnya tentang susut pasca panen
sehingga mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap masalah mutu.
d.
Belum sempurnanya infrastruktur yang menunjang sistem distribusi
dan transportasi hasil perkebunan rakyat.
e.
Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan petani dan petugas
penyuluh lapang akan teknologi pascapanen.
Dalam
proses penanganan pasca panen pengawasan harus lebih ditekankna untuk
mendapatkan produk yang diingikan dengan kualitas tinggi. Timbulnya sedikit
masalah pada saat proses pengolahan pasca panen dapat berpengaruh pada hasil
akhir produk.
DAFTAR PUSTAKA
Winarno, F.G. 1981. Fisiology Lepas Panen. Sastra Hudaya
Jakarta
No comments:
Post a Comment