Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit
Direktorat Jenderal Perkebunan (2010)
menyatakan, pengelolaan praktis yang dilakukan di perkebunan kelapa sawit umumnya
bertujuan untuk mencapai keuntungan maksimal. Peremajaan merupakan upaya
pengembangan perkebunan dengan melakukan peremajaan tanaman yang sudah tidak
produktif dengan tanaman baru baik secara keseluruhan maupun bertahap.
Peremajaan kelapa sawit juga terkait erat dengan upaya peningkatan produksi
suatu kebun.
Dari
segi pengusahaan, suatu kebun kelapa sawit dianggap sudah tua jika berumur
sekitar 20 sampai 25 tahun dan perlu diremajakan. Peremajaan tanaman (replanting)
dilakukan agar hasil produksi kebun sawit tidak menurun secara drastis. Pada
tahap ini diperlukan perencanaan yang matang dan terperinci untuk menghindari
terjadinya kerugian selama kegiatan peremajaan. Mengatasi hal tersebut,
peremajaan dapat dilakukan secara bertahap dengan membagi areal tanaman tua
menjadi beberapa wilayah pengerjaan. Tahapan peremajaan tanaman kelapa sawit
meliputi kegiatan penumbangan tanaman lama, pencacahan cabang dan batang,
perumpukan, penanaman tanaman penutup tanah (LCC), pemancangan, konservasi
tanah, pembuatan lubang tanam, dan penanaman bibit tanaman kelapa sawit
(Mangoensoekardjo dan Semangun 2005).
Program
peremajaan setiap tahun sekitar 4% dari total luas tanaman agar luas tanaman
belum menghasilkan (TBM) tidak lebih dari 12% dari total seluruh areal tertanam.
Hal ini dilakukan agar tandan buah segar (TBS) yang diolah pabrik kelapa sawit
(PKS) tetap stabil. Peremajaan dilakukan sesuai dengan prosedur yang mengacu
pada keselamatan dan kesehatan kerja (K3) karyawan serta mencegah dan menanggulangi
terjadinya polusi terhadap lingkungan dengan penerapan konsep tanpa pembakaran
(zero burning) ( Tim MCAR 2007).
Penumbangan Tanaman Lama
Menurut Mangoensoekardjo dan
Semangun (2005), pohon-pohon kelapa sawit yang akan ditumbangkan terlebih
dahulu selanjutnya diracun dengan herbisida paraquat atau diquat sebanyak 50
sampai 75 ml/pohon yang dimasukkan atau disuntikkan ke dalam lubang yang dibuat
dengan bor atau kampak di sekeliling atau melingkar pangkal batang setinggi 1 m
dari permukaan tanah.
Setelah
empat minggu dan daun-daun kelapa sawit mengering, selanjutnya dilakukan
“pangkas akar”. Pangkas akar adalah pemotongan akar-akar kelapa sawit berukuran
besar yang berada dekat pangkal batang dan dekat permukaan tanah. Hal ini
bertujuan untuk mempermudah tanaman kelapa sawit terbongkar dari permukaan
tanah pada saat penumbangan.
Penumbangan cukup mudah dilakukan
karena tanaman kelapa sawit bukan merupakan tanaman dengan akar tunggang.
Sebagai tanaman yang berasal dari famili Palmae, kelapa sawit memiliki akar
serabut. Penumbangan dapat dilakukan dengan alat berat yang pada tahap ini
biasanya digunakan excavator yang dilengkapi dengan alat pencacah (chipper).
Pencacahan Cabang dan Batang
Kegiatan
pencacahan merupakan kegiatan membagi batang sawit menjadi beberapa bagian bongkahan
dengan ketebalan sekitar 15 sampai 20 cm. Tujuan dari pencacahan ini adalah
mempermudah serta mempercepat proses pembusukan (dekomposisi) sehingga biomassa
sawit dapat dimanfaatkan kembali menjadi pupuk bagi tanaman baru. Selain itu
pencacahan juga bermanfaat untuk mencegah datangnya hama seperti kumbang.
Kumbang akan cepat menyerang pada batang yang ditumbangkan dalam kondisi utuh.
Proses
pencacahan ini cukup mudah dilakukan karena kondisi batang yang masih segar dan
basah. Alat mesin yang digunakan yaitu excavator dengan kapasistas 20
ton yang dilengkapi dengan alat chipping bucket (Fadhilla 2011).
Perumpukan
Fadhilla (2011) menyatakan, perumpukan
merupakan kegiatan mendistribusikan hasil cacahan sehingga dapat merata dan
teratur. Tujuan dari perumpukan adalah memastikan hasil dekomposisi biomassa
dapat bermanfaat secara merata. Pada kegiatan ini, alat mesin yang digunakan
yaitu excavator dengan kapasitas 20 ton yang dilengkapi dengan alat chipping
bucket.
Penanaman Tanaman Penutup Tanah (Legume Cover Crop/LCC)
Pada
pola tanam monokultur sebaiknya penanaman tanaman kacang-kacangan sebagai
tanaman penutup tanah dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.
Penanaman
LCC pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki
sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan
kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tumbuhan pengganggu atau gulma (Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2008).
Tanaman
kacangan penutup tanah (LCC) merupakan salah satu jenis tanaman agensia
pengendali hayati (APH) yang ditanam di areal penanaman baru. Secara umum
digunakan campuran jenis kacangan Calopogonium mucunoides (CM),
Pueraria javanica (PJ), Centrocema pubescens (CP), dan Caloppgonium
caerelium (CC). Penanaman LCC yang dianjurkan menggunakan jenis
kacangan Mucuna brachteata (MB) karena memiliki pertumbuhan yang cepat,
yaitu ± 20 cm/hari (Tim MCAR 2007).
Pemancangan
Pemancangan
dimaksudkan untuk memberikan tanda-tanda guna pembuatan lubang tanam sesuai dengan
jarak tanam yang telah direncanakan. Selain itu, pemancangan juga digunakan
sebagai acuan untuk pembuatan jalan, parit, teras atau tapak kuda, dan
penanaman kacang-kacangan penutup tanah (Pahan 2012).
Konservasi Tanah
Mangoensoekarjo
dan Semangun (2005) menyatakan, konservasi tanah dilakukan untuk mengatur
drainase dan mencegah erosi terutama pada daerah-daerah yang miring. Drainase
buruk akan mengganggu ketersediaan unsur hara dan perkembangan akar. Sedangkan
erosi menyebabkan tanah lapisan atas terdegradasi sehingga miskin unsur hara
dan memunculkan sub soil ke
permukaan. Beberapa tindakan dalam konservasi tersebut adalah pembuatan teras
kontur, teras individu, benteng kontur, rorak, dan parit (sistem drainase).
Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam untuk kelapa sawit
dibuat dengan ukuran panjang x lebar x kedalaman lubang tanam (60 cm x 60 cm x
60 cm). Tetapi ada juga yang berukuran 50 cm x 40 cm x 40 cm. Pada saat
menggali, tanah atas diletakkan di sebelah utara dan tanah bawah diletakkan di
sebelah selatan lubang. Ajir ditancapkan di samping lubang dan bila lubang
telah selesai dibuat, ajir ditancapkan lagi di tengah-tengah lubang (Setyamidjaja
2006).
Menurut
Pahan (2012), pembuatan lubang tanam dapat dilakukan secara manual dan mekanis
dengan menggunakan alat post hole digger (PHD). Sistem tanam yang
dianjurkan yaitu membuat lubang tanam satu bulan sebelum masa tanam. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi kemasaman tanah dan mengontrol ukuran lubang yang
dibuat. Pengontrolan ukuran ini perlu dilakukan karena ukuran lubang tanam
merupakan salah satu aspek penting dalam perkebunan kelapa sawit.
Penanaman Bibit Kelapa Sawit
Pola
tanam kelapa sawit berbentuk segi tiga sama sisi pada areal rata atau datar
sampai bergelombang. Sementara pada areal berbukit dengan sudut kemiringan
lebih dari 1200 perlu dibuat teras kontur dengan jarak tanam sesuai
ketentuan (violle lining). Penanaman bibit kelapa sawit merupakan salah
satu tahapan yang penting pada proses peremajaan karena investasi yang
sebenarnya dari perusahaan perkebunan yaitu bibit yang ditanam di lapangan.
Pokok yang ditanam akan menentukan produksi selama satu generasi yang akan
datang (25 sampai 30 tahun) (Pahan
2012).
Waktu tanam yang dilakukan pada
saat tanah cukup lembab agar akar dapat berkembang baik setelah penanaman.
Sebagai upaya untuk menyiasati hal ini, biasanya sehari sebelum bibit ditanam,
bibit di dalam polybag disiram dengan air. Hal ini dilakukan agar bibit
tidak mengalami stres lingkungan. Apabila tanah lembab, maka akar akan mampu
menyesuaikan dengan lingkungan (Tim Bina Karya Tani 2009).
Nildayanti (2011) menyatakan, agar
bibit kelapa sawit yang ditanam memiliki cukup hara saat tanam dan menghidari
serangan cendawan Ganoderma sp.
lubang tanam harus diberikan pupuk Rock
phospate, Tricodherma, dan Mikoriza. Pemberian fungi Mikoriza arbuskular (FMA) memiliki pengaruh yang luas terhadap patogen dan
mikrob non-patogenik di dalam tanah. Selain berpotensi dalam pengendalian
hayati, juga mampu meningkatkan penyerapan hara esensial terutama fosfor (P)
oleh akar tanaman. Selain itu, FMA mampu meningkatkan kandungan klorofil dan
zat perangsang tumbuh, sehingga tanaman terhindar dari stres lingkungan
terutama saat dipindahkan ke lapangan.
Menurut Sunarko (2007), proses
penanaman bibit kelapa sawit di lapangan yaitu, sayat polybag dari dasar
ke atas, lalu keluarkan bibit, masukkan bibit ke dalam lubang dengan posisi
tegak lurus, masukkan tanah galian bagian atas terlebih dahulu, lalu tanah
galian bagian bawah hingga membentuk gundukkan setinggi 5 cm, padatkan tanah di
sekitar tanaman agar tertanam kokoh, kemudian dibuat piringan dengan jari-jari
50 cm. Piringan harus bebas gulma, sisa pupuk ditaburkan di piringan, lalu ajir
ditancapkan dan bekas polybag digantung
pada ujung ajir sebagai penanda bahwa polybag telah
dilepaskan dan untuk memudahkan pengawasan, keadaan tanaman diperiksa 3 sampai
4 hari setelah tanam (HST), kegiatan ini untuk memastikan tidak ada tanaman
yang miring atau lubang tanah belum terisi penuh.
Pada daerah areal rendahan yang
rentan tergenang air saat musim hujan, tanah disekitar pokok tanaman harus
ditinggikan (pungguhan) setelah penanaman selesai. Hal ini bertujuan untuk
mencegah akar tanaman tidak tergenang dalam waktu lama yang dapat memicu
terjadinya pembusukan akar (Tim MCAR 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Teknologi
Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Sekretariat Direktorat Jenderal
Perkebunan.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Pedoman Umum: Program
Revitalisasi Kebun (Kelapa Sawit, Karet, dan Kakao). Jakarta (ID): Sekretariat
Direktorat Jendral Perkebunan.
__________________________2011. Statistik Perkebunan Indonesia. Jakarta
(ID): Sekretariat Direktorat Jendral Perkebunan.
Fadhilla F. 2011. Analisis kelayakan finansial proyek penanaman kembali
kebun sawit sebagai upaya mengurangi deforestasi. Departemen Manajemen Hutan,
Fakultas Kehutanan IPB. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mangoensoekardjo S, Semangun H. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa
Sawit. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Nildayanti. 2011. Peran bakteri kitinolitik dan fungi mikoriza
arbuskular dalam pengendalian busuk pangkal batang kelapa sawit. Tesis. Sekolah
Pascasarjana IPB. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Pahan I. 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis
dari Hulu hingga Hilir. Depok (ID): Penebar Swadaya.
Setyamidjaja D. 2006. Seri Budidaya Kelapa Sawit. Yogyakarta
(ID): Kanisius.
Sukamto ITN. 2008. 58 Kiat Meningkatkan Produktifitas dan Mutu
Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya & Pengolahan Kelapa
Sawit. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka.
Tim Bina Karya Tani. 2009. Pedoman Bertanam Kelapa Sawit.
Bandung (ID): Yrama Widya.
Tim MCAR. 2007. ########################################################
Saya ingin berkongsi dengan anda semua di sini tentang bagaimana saya mendapat pinjaman saya dari Encik Benjamin yang membantu saya dengan pinjaman sebanyak 400,000.00 Euro untuk memperbaiki perniagaan saya. Ia mudah dan cepat apabila saya memohon pinjaman apabila keadaan semakin kasar dengan perniagaan saya. Benjamin memberi pinjaman saya tanpa berlengah-lengah. di sini adalah e-mel Benjamin / e-mel kenalan: +1 989-394-3740, lfdsloans@outlook.com.
ReplyDelete