Monday, March 3, 2014

Pengelolaan Limbah kelapa sawit




            Limbah kelapa sawit adalah sisa hasil tanaman kelapa sawit yang tidak termasuk dalam produk utama atau merupakan hasil ikutan dari pengolahan kelapa sawit. Berdasarkan tempat pembentukan limbah kelapa sawit dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu limbah perkebunan kelapa sawit dan limbah industri kelapa sawit.
                Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan dan panen kelapa sawit. Limbah perkebunan kelapa sawit antara lain kayu, pelepah dan gulma. Dalam setahun setiap satu hektar perkebunan kelapa sawit rata-rata menghasilkan limbah pelepah daun sebanyak 10.4 ton bobot kering (Fauzi et al. 2008). Limbah industri kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan pada saat proses pengolahan kelapa sawit. Limbah industri kelapa sawit terdiri atas limbah padat, limbah cair dan limbah gas.

Limbah Padat Kelapa Sawit

Limbah padat kelapa sawit adalah limbah hasil pengolahan kelapa sawit. Salah satu jenis limbah padat adalah TKKS. Tempurung kelapa sawit termasuk juga limbah padat hasil pengolahan kelapa sawit. Limbah padat mempunyai ciri khas pada komposisinya. Komponen terbesar dalam limbah padat tersebut adalah selulosa, disamping komponen lain meskipun lebih kecil seperti abu, hemiselulosa, dan lignin. Komposisi kimiawi limbah padat adalah abu 15%, selulosa 40%, lignin 21%, dan hemiselulosa 24% (Fauzi et al. 2008). Salah satu jenis limbah padat kelapa sawit selain TKKS adalah cangkang (fiber). Cangkang (fiber) umumnya digunakan sebagai bahan bakar boiler. Uap dari boiler dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik untuk merebus TBS sebelum diolah di pabrik. Energi dari biomassa seperti TKKS mempunyai potensi untuk dikembangkan mengingat jumlahnya yang cukup tinggi yaitu sekitar 23% dari total tandan buah segar (TBS).

Limbah Cair Kelapa Sawit

Limbah cair kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit. Jenis limbah cair kelapa sawit adalah air drab. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) adalah yang terbuang dari penebah (drum berputar) setelah tandan rebus dipisahkan dari buahnya, banyaknya kurang lebih 25% dari TBS. Sedangkan ampas serabut (serat) dan cangkang berturut-turut sebanyak 15% dan 5% dari TBS (Mangoensoekarjo dan Semangun 2005). Pada proses pengolahan kelapa sawit, akan menghasilkan tiga macam limbah cair (effluent), yaitu yang berasal dari kondensat rebusan, centrifuge sludge, dan pencucian hidrosiklon (hydrocyclone) atau claybath. Lumpur (sludge) disebut juga lumpur primer yang berasal dari proses klarifikasi merupakan salah satu limbah cair yang dihasilkan dalam proses pengolahan kelapa sawit, sedangkan lumpur yang telah mengalami proses sedimentasi disebut lumpur sekunder. Kandungan bahan organik lumpur sekunder cukup tinggi dan pH berkisar 3 sampai 5. Jumlah air buangan tergantung pada sistem pengolahan, kapasitas olah, dan keadaaan peralatan klarifikasi. Limbah ini harus dikendalikan dan diolah agar air yang dibuang keluar atau sungai sudah tidak mencemari lingkungan lagi.
Proses pengolahan limbah cair kelapa sawit dengan sistem decanter merupakan salah satu cara untuk mengurangi atau memperingan proses pengolahan limbah. Cara lain yang umum digunakan adalah dengan sistem kolam limbah, yaitu pemanfaatan mikroba sebagai perombak BOD dan menetralisir keasaman. Pedoman yang digunakan dalam limbah cair adalah biological oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand (COD), suspended solid (SS), total solid (TS), dan keasaman (pH) (Pardamean 2011).
Pengelolaan limbah cair kelapa sawit yang tidak ditangani dengan serius dapat membahayakan lingkungan sekitar. Pengelola limbah kelapa sawit harus mengetahui parameter baku mutu limbah untuk mengetahui tingkat bahaya beban pencemaran yang ditimbulkan. Parameter baku mutu limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar atau jumlah unsur pencemar yang diperbolehkan untuk dibuang atau dilepas ke air permukaan. Parameter baku mutu limbah cair industri kelapa sawit secara umum dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Baku mutu limbah cair industri kelapa sawit
Parameter
Kadar maksimum
(mgl-1)
Beban pencemaran maksimum
(kgton-1)
BOD
100
0.250
COD
350
0.880
TS
250
0.630
Minyak dan lemak
25
0.063
Nitrogen total (N)
50
0.125
pH                              
6.0 – 9.0
Debit limbah maksimum
2.5 m3 ton-1 produk minyak sawit (CPO)
Sumber : Mangoensoekarjo dan Semangun 2005
BOD adalah kebutuhan oksigen oleh jasad renik untuk merombak bahan organik pada kondisi tertentu. BOD dinyatakan dalam mg/liter artinya dalam jumlah oksigen (mg) yang dibutuhkan bakteri untuk menetralisir atau mencernakan zat organik yang ada dalam satu liter air. COD adalah kebutuhan oksigen yang diperlukan bahan kimia untuk merombak bahan organik.
SS adalah bahan padatan yang terdapat pada limbah sebagai indikator tinggi rendahnya BOD atau COD. Sementara TS adalah bahan padatan yang merupakan indikator daya serap air limbah terhadap udara. Padatan total terdiri atas padatan tersuspensi (suspended solid) dan padatan terlarut (dissolved solid). Menurut laporan Iswahyudi (2013) menyatakan bahwa kandungan limbah cair yang berada di Ujung Tanjung Estate diantaranya adalah kadar BOD 2 559 ppm, COD           14 345 ppm, TS 1.64 ppm, pH 6.55, dan kadar N totalnya sebesar 454 ppm.

Limbah Gas Kelapa Sawit

Limbah gas kelapa sawit adalah limbah hasil industri pengolahan kelapa sawit. Jenis limbah bahan gas ini antara lain gas cerobong dan uap air buangan pabrik kelapa sawit (Fauzi et al. 2012).

Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit
Banyak penelitian yang dilakukan telah menunjukan bahwa limbah kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Limbah perkebunan dan limbah industri mempunyai kegunaan masing-masing dalam hal pemanfaatannya. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah. Nilai hara per ton TKKS adalah lebih kurang: urea 7 kg, rock phosphate 2.5 kg, muriate of potash 18.8 kg, dan kieserite 4.7 kg (Mangoensoekarjo dan Semangun 2005). Selain pupuk organik, TKKS juga dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kompos. Pada prinsipnya pengomposan TKKS untuk menurunkan nisbah C/N yang terkandung dalam tandan agar mendekati nisbah C/N tanah. Nisbah C/N yang mendekati nisbah C/N tanah akan mudah diserap tanaman.
TKKS juga dimanfaatkan menjadi pupuk kalium, abu dari sisa pembakaran TKKS mengandung unsur hara yang dapat digunakan sebagai pupuk kalium. Pupuk kalium dari abu pembakaran TKKS sering digunakan perkebunan kelapa sawit untuk mengatasi kelangkaan pupuk KCl yang kerap terjadi selain itu biaya produksinya lebih rendah dibandingkan dengan harga pupuk KCl.
Batang dan tandan kelapa sawit juga dapat digunakan untuk bahan baku pembuatan kertas, papan partikel, dan digunakan juga untuk keperluan pakan ternak. Dalam pemanfaatan batang dan tandan kelapa sawit untuk bahan baku pembuatan kertas dilakukan dengan proses NaOH dan proses sulfat (sulfate tissue). Untuk proses pembuatan papan partikel digunakan bahan baku dari batang kelapa sawit yang tua dan sudah tidak produktif lagi. Sifat-sifat yang dimiliki kayu kelapa sawit tidak berbeda jauh dengan kayu-kayu yang biasa digunakan untuk perabot rumah tangga sehingga berpeluang untuk dimanfaatkan secara luas (Fauzi et al. 2008).
Cangkang (fiber) adalah salah satu jenis limbah hasil pengolahan kelapa sawit. Cangkang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan bakar, sebagai bahan pelapis atau pengeras permukaan badan jalan di kebun, dan sebagai bahan baku pembuatan arang yang selanjutnya untuk pembuatan karbon aktif. Tandan kosong kelapa sawit juga menghasilkan serat kuat yang dapat digunakan untuk berbagai hal, diantaranya serat berkaret sebagai bahan pengisi matras polipot dan jok mobil.


Aplikasi Limbah Padat Kelapa Sawit

            Limbah padat berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) di Indonesia berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi produk-produk yang bernilai ekonomi tinggi. Salah satu pemanfaatan TKKS adalah sebagai pupuk atau bahan pembenah tanah. Penggunaan TKKS sebagai pupuk berkaitan dengan materi TKS yang merupakan bahan organik dengan kandungan hara cukup tinggi.
            Aplikasi TKKS secara langsung sebagai mulsa di perkebunan kelapa sawit secara umum dapat meningkatkan kadar N, P, K, Ca, Mg, C-organik, dan KTK tanah. Penambahan bahan organik sangat diperlukan bagi tanah, terutama pada lahan yang ditanami kelapa sawit dengan siklus 2 sampai 3 siklus tanam        (Gara 2012). Peningkatan hara tanah ini menyebabkan peningkatan produksi tandan buah segar (TBS). Dalam aplikasi TKKS, dosis pemupukan pupuk konvensional tetap dilakukan sesuai dengan standar. Penentuan dosis pemupukan didasarkan pada beberapa faktor, diantaranya kadar hara daun dan kondisi tanaman yang secara tidak langsung mencerminkan efektivitas aplikasi TKKS yang telah dilakukan. Besarnya pengurangan dosis pupuk pada tahun berikutnya tergantung pada kondisi lahan dan tanamannya. Pengurangan dosis ini terlihat pada dosis rekomendasi (PPKS 2003). Dosis rekomendasi aplikasi TKKS pada tanaman kelapa sawit di Ujung Tanjung Estate Provinsi Riau yaitu                      30 ton ha-1tahun-1(Iswahyudi 2013).

Aplikasi Limbah Cair Kelapa Sawit

            Aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit (PKS) di perkebunan kelapa sawit sebagai pupuk telah dilakukan pada tanaman menghasilkan kelapa sawit. Aplikasi limbah cair ini memiliki keuntungan antara lain dapat mengurangi biaya pengolahan limbah cair dan dapat  berfungsi sebagai pupuk.
             Pada proses pengolahan kelapa sawit, akan menghasilkan tiga macam limbah cair (effluent), yaitu yang berasal dari kondensat rebusan, centrifuge sludge, dan pencucian hidrosiklon (hydrocyclone) dengan jumlah limbah mencapai 0.67 ton untuk setiap satu ton TBS (Lubis dan Widanarko 2012). Untuk pengaplikasian limbah cair menjadi pupuk harus menggunakan limbah cair yang mempunyai kandungan BOD 3 500 – 5 000 mg/l. Penggunaan limbah cair ini telah banyak dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Penggunaan limbah cair kelapa sawit dapat meningkatkan produksi TBS dan limbah cair tidak menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap kualitas air tanah di sekitar areal aplikasinya. Kualitas limbah cair yang digunakan untuk aplikasi bergantung pada proses pengolahan limbah saat di dalam pabrik pengolahan kelapa sawit.
            Salah satu cara aplikasi limbah cair adalah flatbed. Cara ini digunakan untuk aplikasi limbah cair kelapa sawit di lahan yang berombak-bergelombang dengan membuat konstruksi di antara barisan pohon yang dihubungkan dengan saluran parit yang dapat mengalirkan limbah dari atas ke bawah dengan kemiringan tertentu. Cara ini dibangun mengikuti kemiringan tanah.







DAFTAR PUSTAKA 

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Statistik Perkebunan Indonesia 2010 – 2012:
     Kelapa  Sawit. Jakarta (ID). Sekretariat Jenderal Perkebunan. 65 hal.
Fauzi Y., Widyastuti, Y. E., Satyawibawa, I.  dan Hartono, R.  2012. Kelapa Sawit :
     Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran.
     Jakarta (ID). Penebar Swadaya. 236 hal.
                 . 2008. Kelapa Sawit : Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis
     Usaha dan Pemasaran. Jakarta (ID). Penebar Swadaya. Edisi Revisi. 168 hal.
Gara G. C. 2012. Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit (Elaeis guinnensis
     Jacq.) Di Sam Sam Estate, PT Ivomas Tunggal, Siak, Riau. [Proposal Magang].  
     Direktorat Program Diploma IPB. Perkebunan Kelapa Sawit. Bogor (ID).
     (Tidak Dipublikasikan)
Iswahyudi I. 2013. Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit (Elaeis guinnensis  
     Jacq.) Di Ujung Tanjung Estate, PT Ivomas Tunggal, Siak, Riau. [Laporan  
     Magang]. Direktorat Program Diploma IPB. Perkebunan Kelapa Sawit. Bogor  
     (ID). (Tidak Dipublikasikan)
Lubis R E. dan Widanarko, A. 2012. Buku Pintar  Kelapa Sawit. Jakarta (ID). 
     AgroMedia Pustaka. Cet. 1. 296 hal.
Mangoensoekarjo S. dan Semangun, H. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa  Sawit.   
     Yogyakarta (ID). Gadjah Mada University Press. 605 hal.
Pahan  I. 2011. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta (ID). Penebar Swadaya. 412  
     hal.
Pardamean M. 2011.  Sukses  Membuka Kebun dan Pabrik  Kelapa Sawit.  Jakarta  
     (ID). Penebar Swadaya. 300 hal.
PPKS. 2003. Kultur Teknis Kelapa Sawit. Medan (ID). PPKS
Sunarko. 2009. Budi Daya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem
     Kemitraan. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.

No comments:

Post a Comment