Limbah kelapa sawit adalah sisa
hasil tanaman kelapa sawit yang tidak termasuk dalam produk utama atau
merupakan hasil ikutan dari pengolahan kelapa sawit. Berdasarkan tempat
pembentukan limbah kelapa sawit dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu
limbah perkebunan kelapa sawit dan limbah industri kelapa sawit.
Limbah
perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan dari sisa tanaman yang
tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan dan panen kelapa
sawit. Limbah perkebunan kelapa sawit antara lain kayu, pelepah dan gulma.
Dalam setahun setiap satu hektar perkebunan kelapa sawit rata-rata menghasilkan
limbah pelepah daun sebanyak 10.4 ton bobot kering (Fauzi et al. 2008). Limbah industri kelapa sawit adalah limbah
yang dihasilkan pada saat proses pengolahan kelapa sawit. Limbah industri
kelapa sawit terdiri atas limbah padat, limbah cair dan limbah gas.
Limbah Padat Kelapa Sawit
Limbah padat kelapa sawit adalah limbah hasil
pengolahan kelapa sawit. Salah satu jenis limbah padat adalah TKKS. Tempurung
kelapa sawit termasuk juga limbah padat hasil pengolahan kelapa sawit. Limbah
padat mempunyai ciri khas pada komposisinya. Komponen terbesar dalam limbah
padat tersebut adalah selulosa, disamping komponen lain meskipun lebih kecil
seperti abu, hemiselulosa, dan lignin. Komposisi kimiawi limbah padat adalah
abu 15%, selulosa 40%, lignin 21%, dan hemiselulosa 24% (Fauzi et al. 2008). Salah satu jenis limbah
padat kelapa sawit selain TKKS adalah cangkang (fiber). Cangkang (fiber)
umumnya digunakan sebagai bahan bakar boiler.
Uap dari boiler dimanfaatkan untuk
menghasilkan energi listrik untuk merebus TBS sebelum diolah di pabrik. Energi
dari biomassa seperti TKKS mempunyai potensi untuk dikembangkan mengingat
jumlahnya yang cukup tinggi yaitu sekitar 23% dari total tandan buah segar
(TBS).
Limbah Cair Kelapa Sawit
Limbah cair kelapa sawit adalah limbah yang
dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit. Jenis limbah cair kelapa sawit adalah
air drab. Tandan kosong kelapa sawit
(TKKS) adalah yang terbuang dari penebah (drum berputar) setelah tandan rebus
dipisahkan dari buahnya, banyaknya kurang lebih 25% dari TBS. Sedangkan ampas
serabut (serat) dan cangkang berturut-turut sebanyak 15% dan 5% dari TBS
(Mangoensoekarjo dan Semangun 2005). Pada proses pengolahan kelapa sawit, akan
menghasilkan tiga macam limbah cair (effluent),
yaitu yang berasal dari kondensat rebusan, centrifuge
sludge, dan pencucian hidrosiklon (hydrocyclone)
atau claybath. Lumpur (sludge) disebut juga lumpur primer yang
berasal dari proses klarifikasi merupakan salah satu limbah cair yang
dihasilkan dalam proses pengolahan kelapa sawit, sedangkan lumpur yang telah
mengalami proses sedimentasi disebut lumpur sekunder. Kandungan bahan organik
lumpur sekunder cukup tinggi dan pH berkisar 3 sampai 5. Jumlah air buangan
tergantung pada sistem pengolahan, kapasitas olah, dan keadaaan peralatan
klarifikasi. Limbah ini harus dikendalikan dan diolah agar air yang dibuang
keluar atau sungai sudah tidak mencemari lingkungan lagi.
Proses pengolahan limbah cair kelapa sawit dengan
sistem decanter merupakan salah satu
cara untuk mengurangi atau memperingan proses pengolahan limbah. Cara lain yang
umum digunakan adalah dengan sistem kolam limbah, yaitu pemanfaatan mikroba
sebagai perombak BOD dan menetralisir keasaman. Pedoman yang digunakan dalam limbah
cair adalah biological oxygen demand (BOD),
chemical oxygen demand (COD), suspended solid (SS), total solid (TS), dan keasaman (pH)
(Pardamean 2011).
Pengelolaan
limbah cair kelapa sawit yang tidak ditangani dengan serius dapat membahayakan lingkungan sekitar. Pengelola limbah kelapa sawit harus mengetahui parameter
baku mutu limbah untuk mengetahui tingkat bahaya beban pencemaran yang
ditimbulkan. Parameter baku mutu limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar atau jumlah unsur pencemar yang diperbolehkan untuk dibuang atau dilepas ke air permukaan. Parameter baku
mutu limbah cair industri kelapa sawit secara umum dapat dilihat pada Tabel 1.
Parameter
|
Kadar maksimum
(mgl-1)
|
Beban pencemaran maksimum
(kgton-1)
|
BOD
|
100
|
0.250
|
COD
|
350
|
0.880
|
TS
|
250
|
0.630
|
Minyak dan lemak
|
25
|
0.063
|
Nitrogen total (N)
|
50
|
0.125
|
pH
|
6.0 – 9.0
|
|
Debit limbah maksimum
|
2.5 m3 ton-1 produk minyak sawit (CPO)
|
Sumber : Mangoensoekarjo dan Semangun 2005
BOD adalah kebutuhan oksigen oleh jasad renik untuk
merombak bahan organik pada kondisi tertentu. BOD dinyatakan dalam mg/liter
artinya dalam jumlah oksigen (mg) yang dibutuhkan bakteri untuk menetralisir
atau mencernakan zat organik yang ada dalam satu liter air. COD adalah
kebutuhan oksigen yang diperlukan bahan kimia untuk merombak bahan organik.
SS
adalah bahan padatan yang terdapat pada limbah sebagai indikator tinggi
rendahnya BOD atau COD. Sementara TS adalah bahan padatan yang merupakan indikator
daya serap air limbah terhadap udara. Padatan total terdiri atas padatan tersuspensi
(suspended solid) dan padatan
terlarut (dissolved solid). Menurut laporan
Iswahyudi (2013) menyatakan bahwa kandungan limbah cair yang berada di Ujung
Tanjung Estate diantaranya adalah kadar BOD 2 559 ppm, COD 14 345 ppm, TS 1.64 ppm, pH 6.55, dan
kadar N totalnya sebesar 454 ppm.
Limbah Gas Kelapa Sawit
Limbah gas kelapa sawit adalah limbah hasil industri
pengolahan kelapa sawit. Jenis limbah bahan gas ini antara lain gas cerobong
dan uap air buangan pabrik kelapa sawit (Fauzi et al. 2012).
Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit
Banyak penelitian yang dilakukan telah menunjukan
bahwa limbah kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Limbah
perkebunan dan limbah industri mempunyai kegunaan masing-masing dalam hal
pemanfaatannya. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dapat dimanfaatkan sebagai
sumber pupuk organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanah. Nilai hara per ton TKKS adalah lebih kurang: urea 7 kg, rock phosphate 2.5 kg, muriate of potash 18.8 kg, dan kieserite 4.7 kg (Mangoensoekarjo dan
Semangun 2005). Selain pupuk organik, TKKS juga dapat dimanfaatkan menjadi
pupuk kompos. Pada prinsipnya pengomposan TKKS untuk menurunkan nisbah C/N yang
terkandung dalam tandan agar mendekati nisbah C/N tanah. Nisbah C/N yang
mendekati nisbah C/N tanah akan mudah diserap tanaman.
TKKS juga dimanfaatkan menjadi pupuk kalium, abu
dari sisa pembakaran TKKS mengandung unsur hara yang dapat digunakan sebagai
pupuk kalium. Pupuk kalium dari abu pembakaran TKKS sering digunakan perkebunan
kelapa sawit untuk mengatasi kelangkaan pupuk KCl yang kerap terjadi selain itu
biaya produksinya lebih rendah dibandingkan dengan harga pupuk KCl.
Batang dan tandan kelapa sawit juga dapat digunakan
untuk bahan baku pembuatan kertas, papan partikel, dan digunakan juga untuk
keperluan pakan ternak. Dalam pemanfaatan batang dan tandan kelapa sawit untuk
bahan baku pembuatan kertas dilakukan dengan proses NaOH dan proses sulfat (sulfate tissue). Untuk proses pembuatan
papan partikel digunakan bahan baku dari batang kelapa sawit yang tua dan sudah
tidak produktif lagi. Sifat-sifat yang dimiliki kayu kelapa sawit tidak berbeda
jauh dengan kayu-kayu yang biasa digunakan untuk perabot rumah tangga sehingga
berpeluang untuk dimanfaatkan secara luas (Fauzi et al. 2008).
Cangkang (fiber)
adalah salah satu jenis limbah hasil pengolahan kelapa sawit. Cangkang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan bakar, sebagai bahan
pelapis atau pengeras permukaan badan jalan di kebun, dan sebagai bahan baku
pembuatan arang yang selanjutnya untuk pembuatan karbon aktif. Tandan kosong
kelapa sawit juga menghasilkan serat kuat yang dapat digunakan untuk berbagai
hal, diantaranya serat berkaret sebagai bahan pengisi matras polipot dan jok
mobil.
Aplikasi Limbah Padat Kelapa Sawit
Limbah
padat berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) di Indonesia berpotensi untuk
dimanfaatkan menjadi produk-produk yang bernilai ekonomi tinggi. Salah satu
pemanfaatan TKKS adalah sebagai pupuk atau bahan pembenah tanah. Penggunaan TKKS
sebagai pupuk berkaitan dengan materi TKS yang merupakan bahan organik dengan
kandungan hara cukup tinggi.
Aplikasi TKKS secara langsung
sebagai mulsa di perkebunan kelapa sawit secara umum dapat meningkatkan kadar
N, P, K, Ca, Mg, C-organik, dan KTK tanah. Penambahan bahan organik sangat
diperlukan bagi tanah, terutama pada lahan yang ditanami kelapa sawit dengan
siklus 2 sampai 3 siklus tanam (Gara
2012). Peningkatan hara tanah ini menyebabkan peningkatan produksi tandan buah
segar (TBS). Dalam aplikasi TKKS, dosis pemupukan pupuk konvensional tetap
dilakukan sesuai dengan standar. Penentuan dosis pemupukan didasarkan pada
beberapa faktor, diantaranya kadar hara daun dan kondisi tanaman yang secara
tidak langsung mencerminkan efektivitas aplikasi TKKS yang telah dilakukan.
Besarnya pengurangan dosis pupuk pada tahun berikutnya tergantung pada kondisi
lahan dan tanamannya. Pengurangan dosis ini terlihat pada dosis rekomendasi
(PPKS 2003).
Dosis rekomendasi aplikasi TKKS pada tanaman kelapa sawit di Ujung Tanjung Estate
Provinsi Riau yaitu 30
ton ha-1tahun-1(Iswahyudi 2013).
Aplikasi Limbah Cair Kelapa Sawit
Aplikasi
limbah cair pabrik kelapa sawit (PKS) di perkebunan kelapa sawit sebagai pupuk
telah dilakukan pada tanaman menghasilkan kelapa sawit. Aplikasi limbah cair
ini memiliki keuntungan antara lain dapat mengurangi biaya pengolahan limbah
cair dan dapat berfungsi sebagai pupuk.
Pada proses pengolahan kelapa sawit, akan
menghasilkan tiga macam limbah cair (effluent),
yaitu yang berasal dari kondensat rebusan, centrifuge
sludge, dan pencucian hidrosiklon (hydrocyclone)
dengan jumlah limbah mencapai 0.67 ton untuk setiap satu ton TBS (Lubis dan
Widanarko 2012). Untuk pengaplikasian limbah cair menjadi pupuk harus menggunakan
limbah cair yang mempunyai kandungan BOD 3 500 – 5 000 mg/l. Penggunaan limbah
cair ini telah banyak dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Penggunaan limbah cair kelapa sawit dapat meningkatkan produksi TBS dan limbah
cair tidak menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap kualitas air tanah di
sekitar areal aplikasinya. Kualitas limbah cair yang digunakan untuk aplikasi
bergantung pada proses pengolahan limbah saat di dalam pabrik pengolahan kelapa
sawit.
Salah
satu cara aplikasi limbah cair adalah flatbed.
Cara ini digunakan untuk aplikasi limbah cair kelapa sawit di lahan yang
berombak-bergelombang dengan membuat konstruksi di antara barisan pohon yang
dihubungkan dengan saluran parit yang dapat mengalirkan limbah dari atas ke
bawah dengan kemiringan tertentu. Cara ini dibangun mengikuti kemiringan tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Perkebunan.
2011. Statistik Perkebunan Indonesia 2010
– 2012:
Kelapa
Sawit. Jakarta (ID). Sekretariat Jenderal
Perkebunan. 65 hal.
Fauzi Y., Widyastuti, Y. E.,
Satyawibawa, I. dan Hartono, R. 2012. Kelapa
Sawit :
Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah,
Analisis Usaha dan Pemasaran.
Jakarta
(ID). Penebar Swadaya. 236 hal.
. 2008. Kelapa Sawit : Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis
Usaha dan Pemasaran.
Jakarta (ID). Penebar Swadaya. Edisi Revisi. 168 hal.
Gara G. C. 2012. Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit
(Elaeis guinnensis
Jacq.) Di Sam Sam Estate, PT Ivomas Tunggal,
Siak, Riau. [Proposal Magang].
Direktorat
Program Diploma IPB.
Perkebunan Kelapa Sawit. Bogor (ID).
(Tidak Dipublikasikan)
Iswahyudi I. 2013. Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit
(Elaeis guinnensis
Jacq.) Di Ujung Tanjung Estate, PT Ivomas
Tunggal, Siak, Riau. [Laporan
Magang]. Direktorat Program Diploma IPB. Perkebunan
Kelapa Sawit. Bogor
(ID). (Tidak Dipublikasikan)
Lubis R E. dan Widanarko, A.
2012. Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta (ID).
AgroMedia Pustaka. Cet. 1. 296 hal.
Mangoensoekarjo S. dan Semangun,
H. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.
Yogyakarta (ID). Gadjah Mada University
Press. 605 hal.
Pahan I. 2011. Panduan
Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta (ID). Penebar Swadaya. 412
hal.
Pardamean M. 2011. Sukses Membuka Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Jakarta
(ID). Penebar Swadaya. 300 hal.
PPKS. 2003. Kultur Teknis Kelapa Sawit. Medan (ID). PPKS
Sunarko. 2009. Budi
Daya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem
Kemitraan. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.
No comments:
Post a Comment