Monday, March 3, 2014

PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT





Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) dari famili Arecaceae merupakan salah satu sumber minyak nabati yang dapat diandalkan dan merupakan komoditi perkebunan. Potensi kelapa sawit di Indonesia cukup besar. Data tahun 2010 menunjukkan bahwa  potensi kelapa sawit berdasarkan luas perkebunannya mencapai 8 385 394 hektar dengan total produksi minyak mencapai 21 958 120 ton. Untuk tahun 2012 ini diperkirakan luas areal kelapa sawit akan mencapai 9 271 039 dengan total produksi minyak 23 633 412 ton (Direktorat Jendral Perkebunan 2011).
tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2 - 3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5 - 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya. Buah akan berubah menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol (Fauzi et al. 2008)
kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu agar dapat memotong buah pada saat yang tepat di masa panen. Kriteria matang panen ditentukan ketika kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal. Pada saat ini, kriteria umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah brondolan, yaitu tanaman berumur kurang dari 10 tahun dengan jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman berumur lebih dari 10 tahun dengan jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Namun, secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar (TBS) terdapat 2 brondolan (Hartanto 2011)




Pemanenan kelapa sawit
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2 - 3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5 - 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya. Buah akan berubah menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol (Fauzi et al. 2008)
Proses panen dan penanganan pasca panen meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, alat panen, rotasi, sistem panen, serta mutu panen (Hartanto 2011)
           
Aspek Teknis

1.             Persiapan Pemanenan
Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan potong buah yaitu (1) persiapan kondisi areal, (2) penyediaan tenaga potong buah, (3) pembagian seksi potong buah, dan (4) penyediaan alat-alat kerja.
Persiapan kondisi areal meliputi perbaikan jalan dan jembatan, pembersihan piringan, pemasangan titi panen, pasar tikus, pembuatan TPH, dan pembuatan tapal kuda untuk areal berbukit. Kebutuhan tenaga potong buah harus mengacu pada kebutuhan tenaga pada saat panen puncak. Jumlah tenaga potong buah dapat diperoleh dengan tetap memperhitungkan faktor umur tanaman dan kerapatan buah (Pahan 2012).
2.             Pelaksanaan Panen
Dalam pelaksaan panen, semua pemanen harus sudah tiba di ancak dan siap memotong buah paling lambat 06.30 waktu setempat.  Sebelum bekerja, seluruh pemenen harus diberi pengertian tentang pentingnya peralatan yang terbaik agar dapat mencapai hasil yang maksimal, baik kualitas maupun kuantitas.

Aspek Manajerial

1.             Kriteria matang panen
Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu anda agar dapat memotong buah pada saat yang tepat di masa panen. Pada saat ini, kriteria umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah brondolan, yaitu tanaman berumur kurang dari 10 tahun dengan jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman berumur lebih dari 10 tahun dengan jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Namun, secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar (TBS) terdapat 2 brondolan (Hartanto 2011)

2.             Rotasi dan sistem panen
Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada umumnya menggunakan rotasi panen 7 hari, artinya satu areal panen harus diancak oleh pemetik tiap 7 hari. Rotasi panen dianggap lebih baik bila buah tidak lewat matang, yaitu dengan menggunakan sistem 5/7. Artinya, dalam satu minggu terdapat 5 hari panen dan masing-masing ancak panen diulangi (dipanen) 7 hari berikutnya. Dikenal dua sistem ancak panen, yaitu :
Sistem giring, Pada sistem ini, apabila suatu ancak telah selesai dipanen, pemanen pindah ke ancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor, segitu seterusnya. Sistem tetap, Sistem ini sangat baik diterapkan pada areal perkebunan yang sempit, topografi berbukit atau curam, dan dengan tahun tanam yang berbeda. Pada sistem ini pemanen diberi ancak dengan luas tertentu dan tidak berpindah-pindah.

3.             Kerapatan panen
Kerapatan panen adalah sejumlah angka yang menunjukan tingkat kerapatan pohon matang panen di dalam suatu areal, baik itu pada sistemm blok maupun pada sistem group. Agar lebih akurat dalam menentukan kerapatan panen, dapat ditentukan selama 1 hari sebelum panen buah. Perhitungan dilakukan khususnya pada areal-areal yang keesokan harinya akan dipanen.


Transportasi panen kelapa sawit


Dalam pengelolaan kebun kelapa sawit, faktor transportasi mendapat perhatian khusus. Keterlambatan (restan) pengangkutan TBS ke PKS akan mempengaruhi proses pengolahan , kapasitas olah, dan mutu produksi akhir. Transportasi yang lancar menyababkan program perawatan tanaman (khususnya pemupukan) sesuai dengan rencana sehingga unit kendaraan kebun dapat dialokasikan seluruhnya pada kegiatan transportasi TBS pada bulan-bulan produksi puncak. Melihat pentingnya transportasi di perkebunan kelapa sawit maka perawatan dan cara perbaikan kendaraan atau alat berat yang merupakan sarana transportasi harus diperhatian sehingga kendaraan tersebut dapat berfungsi dengan baik pada saat yang dibutuhkan (Pahan 2012)




(belum revisi)

No comments:

Post a Comment