Latar Belakang
Kelapa sawit
merupakan salah satu komoditas perkebunan Indonesia yang sangat diunggulkan
saat ini sehingga masih bisa lebih dikembangkan, melihat dari prospek
pasar dunia maupun dalam negeri. Luas
areal perkebunan kelapa sawit selalu meningkat
dari tahun ke
tahun. Menurut data statistik tahun 2012 luas keseluruhan perkebunan
kelapa sawit di Indonesia mencapai 9 271 039 ha sedangkan produksinya
mencapai lebih dari 23 633
412
ton (Ditjenbun 2012).
Perkembangan produktivitas kelapa sawit di Indonesia selama tahun 2003 sampai 2009
menunjukkan pola yang sama untuk ketiga status pengusahaan. Produktivitas tandan
buah segar (TBS) kelapa sawit Indonesia mancapai 15 ton ha-1 tahun-1,
sedangkan rata-rata produktivitas minyak kelapa sawit Indonesia selama periode
tahun 2003 sampai 2009 adalah sebesar 3.27 ton ha-1 tahun-1.
Rata-rata produktivitas minyak kelapa sawit terbesar pada perkebunan besar swasta
(PBS) sebesar 3.59 ton ha-1 tahun-1 disusul perkebunan
besar negara (PBN) sebesar 3.48 ton ha-1 tahun-1 dan
perkebunan rakyat (PR) sebesar 2.97 ton ha-1 tahun-1 (Fauzi
et al. 2012).
Teknik
budidaya yang mulai berkembang memicu minat investasi kelapa sawit di
Indonesia. Salah satu bagian dari budidaya yang paling penting adalah
pembibitan. Pembibitan merupakan proses menumbuhkan dan mengembangkan biji atau
benih menjadi bibit yang siap untuk ditanam (Pardamean 2008). Sasaran
pembibitan ini adalah menyediakan bibit kelapa sawit unggul dan siap ditanam di perkebunan.
Selain itu, kegiatan ini memastikan ketersediaan bibit dalam jumlah yang cukup,
berkualitas, dan tepat waktu dengan biaya yang ekonomis. Kondisi bibit unggul,
baik secara genetik maupun fenotipe merupakan modal perusahaan perkebunan
kelapa sawit untuk mendapatkan produktivitas dan mutu minyak kelapa sawit yang
tinggi (Sunarko 2007).
Kondisi bibit
unggul dapat diperoleh melalui dua tahapan pembibitan, yaitu pembibitan awal (prenursery) dan pembibitan utama (main nursery). Pada sebagian jenis tanaman termasuk kelapa sawit,
proses pembibitan diperlukan karena dipandang jauh lebih menguntungkan
dibandingkan dengan penanaman benih langsung dilapangan (Mangoensoekarjo
dan Semangun 2005).
Tahapan pembibitan ini harus
dilakukan dengan benar karena keberhasilan penanaman kelapa sawit di lapangan
sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat media tanam dan bibit yang digunakan. Hal
ini akan mempengaruhi keuntungan dan kerugian perusahaan baik berupa dana,
waktu, maupun tenaga. Inilah yang menjadi alasan pentingnya peranan pembibitan
dalam keberhasilan perkebunan kelapa sawit.
TINJAUAN PUSTAKA
Bibit Tanaman Kelapa Sawit
Varietas
Bibit Kelapa Sawit
Bahan tanam yang banyak digunakan
sebagai bibit kelapa sawit adalah benih. Pada umumnya benih yang akan ditanam
berasal dari persilangan tanaman induk
dura x pisifera (D x P) yang disebut tenera. Pahan (2011) menjelaskan bahwa tanaman induk
dura berasal dari pohon kelapa sawit
yang ditanam di Kebun Raya Bogor (1848) dan tanaman induk pisifera berasal dari berbagai sumber di Afrika. Perbedaan varietas tanaman dura, pisifera, dan tenera
berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah dapat dilihat pada Tabel 1.
Varietas
|
Deskripsi
|
Dura
|
· Tempurung tebal (2 – 8 mm).
· Daging buah relatif tipis, yaitu 35 – 50% terhadap
buah. Kernel besar kandungan minyak rendah.
· Dalam persilangan, dipakai sebagai pohon induk betina.
|
Pisifera
|
· Ketebalan tempurung sangat tipis.
· Daging buah tebal, lebih tebal dari daging buah dura. Daging biji sangat tipis.
· Tidak dapat diperbanyak tanpa dengan jenis lain.
|
Tenera
|
· Hasil dari persilangan dura dan pisifera. Ketebalan
tempurung tipis (0.5 – 4 mm).
· Daging buah sangat tebal (60 – 96% dari buah).
· Tandan buah lebih banyak.
|
Sumber: Fauzi et al. (2012)
Bibit kelapa
sawit dapat juga dikembangkan dengan metode kultur jaringan (tissuee culture). Metode ini
menghasilkan benih secara massal. Teknologi kultur jaringan merupakan satu cara
untuk mendapatkan klon kelapa sawit dengan perlakuan khusus dari bahan biakan
berupa jaringan muda. Jaringan muda yang digunakan sebagai bahan perbanyakan
(eksplan) tanaman kelapa sawit adalah daun muda (janur) atau ujung akar (Fauzi et al. 2012).
Morfologi Bibit Kelapa Sawit
Benih yang telah berkecambah sempurna
dapat dilihat setelah kecambah berumur kira-kira 14 sampai 21 hari. Benih yang
telah berkecambah sempurna memiliki plumula (bakal daun) dan radikula (bakal
akar). Bentuk plumula meruncing sedangkan bentuk radikula agak tumpul dan
saling bertolak belakang. Pertumbuhan bibit pada minggu-minggu pertama sangat
tergantung pada cadangan makanan di dalam endosperma (minyak inti). Daun
pertama, kedua bahkan ketiga masih berbentuk tabung dan belum mempunyai
helaian. Daun selanjutnya mulai membentuk helaian yang lanceolate (secara konvensional disebut daun pertama). Daun-daun
selanjutnya mempunyai helaian yang lanceolate,
bifid, dan akhirnya baru secara
lengkap menjadi pinnate (Pahan 2012).
Pengecambahan Kelapa Sawit
Pengecambahan Bibit Kelapa Sawit
Menurut Sunarko (2007), benih kalapa sawit untuk calon bibit harus dihasilkan
dan dikecambahkan oleh lembaga resmi yang ditunjuk oleh pemerintah. Proses
pengecambahan umumnya dilakukan sebagai berikut.
1.
Tangkai
tanda buah dilepaskan dari spikeletnya.
2.
Tandan
buah diperam selama tiga hari dan sekali-kali disiram air. Pisahkan buah dari
tandannya dan peram lagi selama tiga hari.
3.
Buah
dimasukkan ke mesin pengaduk untuk memisahkan daging buah dari biji. Biji
dicuci dengan air, lalu direndam dalam air selama 6 sampai 7 hari. Air rendaman
diganti setiap hari. Selanjutnya biji tadi direndam dalam Dithane M-45
konsentrasi 0.2% selama 2 menit, lalu dikering anginkan.
4.
Biji
kelapa sawit dimasukkan dalam kaleng pengecambahan dan disimpan dalam ruangan
bertemperatur 390 C dengan kelembapan 60
- 70% selama 60 hari. Setiap tujuh hari,
benih dikering anginkan selama tiga menit.
5.
Setelah
60 hari, benih direndam dalam air sampai kadar air 20
- 30% dan dikering anginkan lagi. Benih
dimasukkan kedalam larutan Dithane M-45 0.2% selama 1
- 2 menit. Kemudian disimpan di ruangan
bertemperatur 270 C. Setelah 10 hari, benih berkecambah.
Biji yang berkecambah pada hari ke-30 tidak digunakan lagi.
Seleksi Kecambah Kelapa Sawit
Sebelum ditanam ke polybag,
seleksi kecambah yang abnormal, patah, busuk, dan rusak. Cara yang mudah dan
cepat untuk menentukan kualitas kecambah yang baru diterima salah satunya
dengan “uji berat jenis”. Caranya seluruh kecambah dimasukkan ke dalam wadah
berisi air jernih. Kecambah yang abnormal biasanya mengambang (Lubis dan Widanarko 2011).
Menurut Tim Bina Karya Tani (2009), ciri-ciri kecambah yang baik dan layak untuk ditanam
antara lain:
a.
Warna
radikula kekuning-kuningan, sedangkan warna plumula keputih-putihan.
b.
Ukuran
radikula lebih panjang daripada plumula.
c.
Pertumbuhan
radikula dan plumula lurus dan berlawanan arah.
d.
Panjang
maksimum radikula 5 cm, sedangkan panjang plumula 3 cm.
Persiapan Pembibitan
Sistem
Pembibitan
Sistem pembibitan kelapa sawit meliputi perkecambahan,
persemaian, dan pembibitan. Metode persemaian dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu persemaian dalam bentuk bedengan dan persemaian dengan polybag
(Tim Bina Karya Tani 2009).
Sistem pembibitan kelapa sawit menggunakan polybag dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu pembibitan dua tahap (prenursery
dan main nursery) dan pembibitan cara
satu tahap (Setyamidjaja 2006).
Lokasi
Pembibitan
Menurut Hartanto (2011), menyebutkan bahwa lokasi pembibitan perlu memperhatikan
beberapa persyaratan antara lain :
1.
Areal
memiliki topografi yang rata (kurang dari 15%) dan berada ditengah kebun.
2.
Dekat
dengan sumber air.
3.
Memiliki
akses jalan yang baik sehingga memudahkan dalam pengawasan. Untuk 1 ha
pembibitan diperlukan jalan pengawasan sepanjang 200 m x 5 m.
4.
Terhindar
dari gangguan hama, penyakit, ternak, dan manusia.
5.
Tidak
jauh dari areal yang akan ditanami.
6.
Tidak
terlalu jauh dengan sumber tanah (top
soil) untuk mengisi polybag.
Persiapan Areal pembibitan
Menurut Pahan (2012), persiapan areal dan program pembibitan dapat dibagi
menjadi 3 bagian utama antara lain :
1.
Pembersihan
tapak pembibitan : Tapak harus dibersihkan dari semak belukar selebar 50 m.
Luas tapak pembibitan tergantung pada rencana penanaman di lapangan, jarak
tanam bibit, dan umur bibit yang akan ditanam.
2.
Tata
letak dan jadwal operasional persemaian : Areal persemaian harus satu kompleks
dengan pembibitan utama, tetapi harus di luar jangkauan siraman sprinkler atau sistem irigasi lain di
pembibitan utama. Kegiatan pembangunan dan perawatan persemaian meliputi membangun bedengan dan naungan, membangun
gudang, memasang sistem instalasi air, mengisi dan menyusun polybag di bedengan, menanam kecambah,
perawatan semai.
3.
Persiapan
rencana tata letak dan jadwal operasional pembibitan utama : Program
operasional pembibitan direncanakan dengan mempertimbangakan beberapa faktor
yang harus diperhatikan meliputi pemilihan sistem irigasi yang akan dipakai,
tata letak dari sistem irigasi yang dipilih, jarak tanam bibit, lebar jalan
dalam hubungannya dengan populasi bibit per petak.
Kebutuhan Kecambah
Kebutuhan kecambah adalah 140% dari jumlah bibit yang
akan ditanam meliputi seleksi kecambah 2.5%, seleksi di prenursery 10%, seleksi
di main nursery 15%, cadangan penyisipan 5% sehingga kebutuhan kecambah yang
diperlukan untuk pembibitan adalah 1.40 x jumlah pohon ha-1
(Hartanto 2011).
Penyiapan Polybag dan Media Tanam
Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang
berkualitas baik misalnya tanah bagian atas (top soil). Tanah yang digunakan harus memiliki struktur yang baik,
gembur, serta bebas kontaminasi (hama dan penyakit, pelarut, residu, bahan
kimia). Pada tahap pembibitan pendahuluan polybag
yang digunakan berwarna putih atau hitam dengan ukuran panjang 22 cm, lebar 14
cm, dan tebal 0.07 mm. Disetiap polybag
dibuat lubang berdiameter 0.3 cm sebanyak 12 samapi 20 lubang. Pada tahap
pembibitan utama digunakan polybag
warna hitam dengan ukuran panjang 50 cm, lebar 37 sampai 40 cm dan tebal 0.2
mm. Pada setiap polybag dibuat lubang
diameter 0.5 cm sebanyak 12 buah pada ketinggian 10 cm dari bawah polybag (PPKS 2003).
Pembibitan Awal (Prenursery)
Bedengan.
Bedengan dibuat dengan cara meninggikan
permukaan tanah atau membuat parit drainase pembatas selebar 50 cm dan dalam
15-20 cm sehingga terbentuk bedengan berukuran lebar yang dapat memuat 12 polybag dan panjang 10 sampai 12 m
(Syakir et al. 2010).
Naungan.
Naungan di pembibitan awal berfungsi
untuk mencegah bibit kelapa sawit terhadap sinar matahari secara langsung,
menghindari terbongkarnya tanah di polybag
akibat terpaan air hujan. Dalam pembuatan naungan perlu diatur intensitas
penerimaan cahaya matahari yang masuk. Persentase penaungan dapat dilihat pada Tabel 2.
Umur (bulan)
|
Naungan (%)
|
0 - 1.5
|
100
|
1.5 - 2.5
|
50
|
> 2.5
|
Naungan
dihilangkan secara bertahap
|
Sumber: PPKS (2003)
Penanaman Kecambah.
Dua hari menjelang
penanaman kecambah, polybag yang
berisi media tanam harus disiram. Permukaan media tanamnya digemburkan dengan
jari telunjuk atau ibu jari, lalu dibuat lubang untuk meletakkan kecambah.
Ketika menanam, radikula harus mengarah ke bawah dan plumula mengarah ke atas.
Kecambah diletakkan sedalam 2 cm di bawah permukaan tanah, kemudian tanahnya
diratakan kembali hingga menutup kecambah tersebut (Sunarko 2007).
Pembibitan Utama (Main
Nursery)
Persiapan dan
Pengolahan Tanah. Persiapan
dilakukan dengan meratakan areal menggunakan buldozer. Tanah dikikis setebal ± 10 cm dikumpulkan ke bagian tepi
areal. Tanah hasil kikisan dapat digunakan sebagai media tanam (PPKS 2003).
Instalasi
Penyiraman. Faktor yang
sangat penting untuk menjamin keberhasilan pembibitan adalah kemampuan
menyediakan air untuk bibit dalam jumlah yang cukup dengan jaringan irigasi
yang baik. Sistem penyiraman dengan sprinkler
dianjurkan pada areal dengan ketersediaan air yang cukup.untuk menjamin
distribusi air yang merata diperlukan juga pompa air yang baik. Selain itu,
penataan sprinkler yang baik sangat
diperlukan guna memenuhi kebutuhan penyiraman (PPKS 2003).
Pemancangan. Pola tanam yang digunakan adalah pola tanam segitiga sama
sisi misal dengan jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm. Jumlah bibit yang
diperlukan tergantung pada jarak tanam yang digunakan (PPKS 2003).
Pengisian Tanah ke Polybag. Tanah yang digunakan untuk pengisian polybag diusahakan tanah yang kering untuk memudahkan pengayakan.
Pengisian tanah dilakukan sampai 3 cm dari permukaan polybag. Rata-rata bobot tanah untuk setiap polybag ± 20 kg. Setelah pengisian, media perlu disiram setiap hari
selama 7 sampai 10 hari sebelum penanaman (PPKS 2003).
Pembuatan Lubang
pada Polybag. Media tanam perlu disiram air sampai jenuh sehari
sebelumnya, lubang tanam dibuat ditengah polybag
dengan kedalaman disesuaikan dengan ukuran polybag
kecil. Pada setiap lubang diberi pupuk NPKMg 15:15:6:4 sebanyak 5 g (PPKS 2003).
Pemeliharaan Pembibitan
Menurut Pahan (2012), pemeliharaan
pembibitan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan program
pembibitan. Tanpa pemeliharaan yang baik, bibit yang unggul sekali pun tidak
akan bisa mengekspresikan keunggulan dan semuanya akan sia-sia.
Pemeliharaan Prenursery
Persemaian
merupakan periode kritis. Kecerobohan dalam pemeliharaan penyemaian dapat
menyebabkan kecambah mati (tidak tumbuh).
a.
Penyiraman:
Penyiraman dilakukan secara manual, disiram dua kali sehari pagi dan sore.
Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor (Pahan 2012).
b.
Penyiangan
Gulma: Penyiangan gulma dalam polybag dilakukan dua minggu sekali, termasuk
menambah tanah ke kantong bibit yang miring dan tersembul akarnya (Pahan 2012).
c.
Pemupukan:
Pemberian pupuk majemuk dan urea dalam bentuk larutan dilakukan setelah semai
berumur 1 bulan dengan interval waktu setiap minggu dengan dosis 50 cc larutan
0.2% urea pada minggu 1 dan 3, 50 cc larutan 0.2% NPK 15:15:6:4 pada minggu 2 dan 4. Aplikasi pupuk
NPK coated yang controlled-release seperti Meister MX 20
– 6 – 14 + 3 Mg + TE sebanyak 5 g/semai dapat memecahkan masalah karena cukup diberikan
sekali pada saat tanam kecambah dan sekali pada saat alih tanam ke pembibitan
utama (Pahan 2012).
d.
Hama
dan Penyakit: Serangan hama dan penyakit selama di prenursery umumnya belum ada. Jika ada, dapat diberantas dengan hand picking (diambil menggunakan
tangan) (Sunarko 2007).
e.
Seleksi
Semai: Bibit yang tumbuh abnormal (kerdil, daun tegak kaku, memanjang, atau
daun tidak berkembang baik), patah, busuk, atau terserang penyakit dicabut dan
dimusnahkan. Seleksi dilakukan dua kali yaitu pada umur sekitar 1.5 bulan dan
pada saat pemindahan ke pembibitan utama (Syakir
et al. 2010).
f.
Pemindahan
dan Pengangkutan Bibit: Pemindahan
bibit dari pembibitan awal dilakukan pada saat bibit berumur 2.5 sampai 3 bulan dengan jumlah daun 3
sampai 4 daun. bila areal pembibitan awal berdekatan dengan pembibitan utama
maka bibit yang akan ditanam dapat diangkut menggunakan kotak kayu dengan
ukuran 70 cm x 50 cm x 20 cm (PPKS 2003).
Pemeliharaan Main
Nursery
Menurut Pahan
(2012), pemeliharaan
pembibitan utama (main nursery) merupakan
kelanjutan dari pemeliharaan penyemaian (prenursery).
Pemeliharaan pembibitan utama harus tetap dilakukan dengan hati-hati. Perawatan
yang baik akan meningkatkan vigor bibit yang nantinya akan berdampak pada
peningkatan produksi pada tahun pertama menghasilkan.
a.
Pengisian
dan Penyusunan Polybag: Tempat yang digunakan untuk pembibitan utama adalah kantong
plastik polythene hitam tahan sinar ultra violet dengan ukuran 42.5 cm × 50 cm. Kantong diisi sekitar 20 kg tanah lapisan
atas (top soil) yang telah dicampur
pupuk kandang dengan perbandingan 3 : 1 sampai setinggi sekitar 1 cm dari bibit
kantong. Kantong disusun di areal pembibitan yang telah dibersihkan dengan
jarak tanam 90 cm × 90 cm × 90 cm berbentuk segi tiga
sama sisi diukur dari pusat kantong
(Pahan 2012).
b.
Transplanting: Pemindahan semai ke kantong besar dilakukan pada umur 3
sampai 4 bulan. Sebelum diecer ke dekat kantong besar, semai disiram terlebih
dahulu. Kantong plastik semai dipotong (dikoyak) pada bagian dasarnya dan
dimasukkan ke dalam lubang yang telah dibuat dalam kantong besar. Tanah di
sekitar semai dipadatkan dengan jari sehingga permukaan tanah antara semai
harus rata dengan tanah dalam kantong besar (Pahan 2012).
c.
Penyiraman:
Rata-rata kebutuhan air di pembibitan setara dengan curah
hujan 3.4 mm hari-1 (2.25 liter per polybag). Penyiraman tidak perlu dilakukan jika turun hujan pada
hari tersebut dengan curahan minimum 8 mm (Pahan 2102).
d.
Mulching: Untuk menghindari memadatnya permukaan tanah, mencegah
penguapan air, dan mengatur kelembaban tanah pada musim kemarau, permukaan
tanah harus ditutup dengan mulsa. Mulsa yang digunakan bisa berupa cangkang
biji sawit (limbah pabrik) sebayak 1 kg polibag-1 atau cacahan daun
alang-alang dan sejenisnya (Sunarko 2007).
e.
Pengendalian
Gulma: Dilakukan satu bulan sesudah penanaman di pembibitan utama dan
dilakukan terus-menerus sampai bibit berumur 11 bulan karena pertumbuhan gulma
sudah tertekan oleh pengaruh naungan bibit. Pengendalian gulma secara manual
dilakukan dua rotasi per bulan. Pada umumya pengendalian gulma di pembibitan
utama dilakukan di dalam kantong dan diantara kantong (Pahan 2012).
f.
Pemupukan:
Pada umumnya pemupukan bibit kelapa sawit dilakukan menggunakan pupuk majemuk
NPKMg. Penambahan
unsur lain dilakukan jika terdapat gejala defisiensi. Jenis pupuk yang dipakai
ialah jenis pupuk majemuk NPKMg 15:15:6:4 sampai umur ± 5 bulan dan selanjutnya
dipakai pupuk majemuk NPKMg 12:12:17:2. Jadwal dan dosis pemupukan dapat
dilihat pada Tabel 3 (PPKS
2003).
Umur (minggu)
|
Jenis dan Dosis Pupuk
|
|||
Urea
|
15:15:6:4
(g/bibit)
|
12:12:7:2
(g/bibit)
|
Kieserite
(g/bibit)
|
|
Pembibitan
awal :
|
||||
4 – 12
|
2 g/liter air/100 bibit
|
2.5
|
-
|
-
|
Pembibitan utama :
|
||||
14 dan 15
|
-
|
2.5
|
-
|
-
|
15 dan 16
|
-
|
5.0
|
-
|
-
|
17 dan 18
|
-
|
7.5
|
-
|
-
|
20 dan 22
|
-
|
10.0
|
-
|
-
|
24, 26, 30, 32
|
-
|
-
|
10.0
|
5.0 (pada 26, 32 MST)
|
34, 36, 38, 40
|
-
|
-
|
15.0
|
7.5 (pada 36, 40 MST)
|
42, 44, 46, 48
|
-
|
-
|
20.0
|
10.0 (pada 44,48 MST)
|
50 dan 52
|
-
|
-
|
25.0
|
10.0 (pada 52 MST)
|
Sumber : PPKS (2003)
g.
Pengendalian
Hama dan Penyakit: Tindakan preventif untuk mengendalikan hama dan penyakit di
pembibitan kelapa sawit umumnya tidak dianjurkan sehingga sangat penting untuk
mengetahui hama dan penyakit umum di pembibitan (Pahan 2012).
h.
Seleksi
Bibit: Seleksi bibit di pembibitan utama merupakan pekerjaan untuk
menyingkirkan atau memusnahkan bibit yang abnormal dan mempertahankan bibit
yang bermutu baik dan sehat untuk dialihtanamkan ke lapangan. Persentase
seleksi dari persemaian sampai dengan ditanam di lapangan tergantung dari jenis
bibit dan rekomendasi dari institusi penghasil benihnya. Jadwal seleksi di pembibitan utama harus tepat dan umumnya
dilakukan 3 sampai 4 kali. Semakin ketat seleksi yang dilakukan, mutu bibit
yang dihasilkan juga akan semakin baik. Jadwal seleksi dan umur tanaman
dilakukan sebagai berikut.
· Seleksi
I :
umur 3 sampai 4 bulan (saat alih-tanam).
· Seleksi
II : umur 6 bulan.
· Seleksi
III : umur 8 bulan.
· Seleksi
IV : saat akan dialihtanamkan ke
lapangan (Pahan 2012).
DAFTAR PUSTAKA
[Ditjenbun] Direktorat
Jendral Perkebunan. 2011. Statistik Perkebunan (Tree Crop Estate Statistic) 2010-2012. Jakarta
(ID): Direktorat Jendral Perkebunan.
Fauzi
Y, Erna Y, Satyawibawa I, Hartono R. 2012. Kelapa
Sawit. Depok (ID): Penebar Swadaya.
Hartanto
H. 2011. Sukses Besar Budidaya Kelapa
Sawit. Yogyakarta (ID): Citra Media Publishing.
Lubis
RE, Widanarko A. 2011. Buku Pintar Kelapa
Sawit. Jakarta (ID): Agro Media.
Mangoensoekarjo
S, Semangun H. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID):
Gadjah Mada University Press.
Pahan
I. 2012.
Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen
Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Depok (ID): Penebar
Swadaya.
Pardamean,
M. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan
Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Jakarta (ID): PT
Agromedia Pustaka.
PPKS.
2003. Budidaya
Kelapa Sawit. Medan (ID): PPKS.
Setyamidjaja
D. 2006. Seri Budi Daya Kelapa Sawit: Teknik Budidaya, Panen, dan Pengolahan.
Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.
Sunarko.
2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan
Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Agromedia
Pustaka.
Syakir M, David A, Poeloengan Z, Syafarudin, Rumini W. 2010.
Budidaya Kelapa Sawit. Bogor (ID): Aska
Media.
Tim
Bina Karya Tani. 2009. Tanaman Kelapa
Sawit. Bandung (ID): CV Yrama Widya.
No comments:
Post a Comment