Monday, March 3, 2014

PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT



Latar Belakang

   Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas terbesar negara Indonesiayang telah banyak dimanfaatkan oleh berbagai sektor dalam menjalankan perekonomiandi Indonesia. Jika ditelusuri lebih lanjut, Indonesia masih dalam peringkatkedua pengusahaan terbanyak lahan kelapa sawit di dunia setelah Malaysia. Halini dapat diwujudkan karena sebagian besar lahan Indonesia sangat cocok untukpertanian kelapa sawit. Menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2011, luas areal perkebunan kelapa sawit tahun 2005 sebesar 5 453 817 ha sedangkan pada tahun 2011 luas arealnya sebesar 8 992 824 ha. Jadi, ada peningkatan sebesar 64.89% luas areal perkebunan kelapa sawit dari tahun 2005 hingga tahun 2011. Menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012, produksi tanaman kelapa sawit selama empat tahun terakhir juga ada peningkatan, pada tahun 2008 sebesar 17 539 788 ton dan pada tahun 2012 naik menjadi 26 015 518 ton sedangkan produktivitas kelapa sawit pada tahun 2008  sebesar 3 424 kg/ha naik menjadi 3 722 kg/ha pada tahun 2012.
   Kelapa sawit memiliki banyak peran dalam menjalankan kehidupan manusia. Produk akhir kelapa sawit banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti minyak goreng, sabun, mentega dan keperluan lain bahkan bahan mentah seperti CPO juga sering diekspor ke luar negeri untuk digunakan sebagai bahan baku industri. Selain itu, pengolahan lebih lanjut minyak kelapa sawit sangat berguna untuk digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil. Minyak kelapa sawit juga merupakan minyak nabati yang sangat bermanfaat karena susunan dan kandungan gizi yang dimiliki sangat lengkap.
   Kebutuhan terhadap kelapa sawit menjadikan sektor ini sebagai  prospek yang cerah untuk dikembangkan sehingga diperlukan keterampilan dalam mengelola dan memanfaatkan kelapa sawit agar sesuai dengan yang diharapkan. Banyak aspek yang perlu diperhatikan dan dipelajari lebih lanjut dalam pengelolaan kelapa sawit.
   Pertumbuhan dan perkembangan sangat perlu diperhatikan dalam mengelola kelapa sawit baik dari faktor tanah maupun kebutuhan hara yang cukup, hal ini juga akan menentukan tingkat produksi kelapa sawit. Tingkat produksi yang tinggi dapat diwujudkan jika kebutuhan hara kelapa sawit terpenuhi. Dalam hal ini, manajemen pemupukan sangat berperan penting. Manfaat pemupukan adalah melengkapi persediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya hasil (produksi) yang maksimal. Pupuk juga menggantikan unsur hara yang hilang karena pencucian dan terangkut (dikonversi) melalui produk yang dihasilkan (TBS), serta memperbaiki kondisi tanah agar baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit.


Pemupukan

            Pemupukan tanaman kelapa sawit merupakan salah satu investasi penting pengusahaan tanaman kelapa sawit guna pencapaian produksi tandan buah segar (TBS) yang setinggi-tingginya dan ekonomis. Pemupukan tanaman bertujuan untuk menyediakan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan generatif sehingga diperoleh hasil yang maksimal (Hartanto 2011). Menurut Sastrosaryono (2003) hasil penelitian menunjukkan pemupukan mutlak dilakukan karena secara nyata bisa meningkatkan produksi dan tetap menjaga stabilitas tanaman.
            Pemupukan merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi ketersediaan unsur hara tanah yang dibutuhkan tanaman. Dengan adanya pemupukan, tanaman dapat tumbuh optimal dan berproduksi maksimal. Namun, sekadar melakukan pemupukan tidaklah cukup. Tidak sedikit orang yang kecewa karena tanamannya tetap kurus meski sudah dijejali berbagai macam pupuk. Adapula tanaman yang tumbuh subur, tetapi tak kunjung berbuah. Kalaupun bisa berbuah, buahnya tak mampu bertahan sampai siap panen. Bahkan, tak jarang ada tanaman yang mati setelah dipupuk. Intinya pemupukan akan sia-sia jika tidak melalui prosedur yang benar (Agromedia 2007).
            Efesiensi pemupukan perlu mempertimbangkan hubungan antara unsur hara dan pertumbuhan tanaman. Efisiensi pemupukan dapat dihitung berdasarkan kenaikan bobot kering biomassa untuk setiap satuan bobot unsur hara dalam bahan pupuk. Selain itu, efisiensi pemupukan juga dapat ditaksir berdasarkan jumlah unsur hara yang diserap tanaman dari setiap satuan jumlah unsur hara yang ditambahkan (Lubis dan Widanarko 2011). Jumlah unsur hara yang ditambahkan melalui pupuk harus memperhitungkan kehilangan hara akibat pencucian, penguapan, penambahan hara dari tanaman penutup tanah (cover crop), hara yang terikat dari udara, serta potensi fisik dan kimia tanah (Sastosaryono 2003).

Aspek pemupukan tanaman kelapa sawit menghasilkan

            Apabila pemupukan dilakukan dengan cara yang tidak tepat dapat mengakibatkan kerugian oleh sebab itu, pemupukan harus dilaksanakan secara efektif dan efesien (Pahan 2008).
            Hal yang dilakukan sebelum pemupukan adalah pengambilan contoh daun. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan contoh yang mewakili, mempersiapkan contoh daun dengan baik untuk dikirim ke laboratorium, menganalisis daun dengan jenis defisiensi hara (N, P, K, atau Mg) sebagai acuan rekomendasi pemupukan yang tepat (Pahan 2008). Sunarko (2009) menyatakan kegiatan pemupukan harus memperhatikan beberapa prinsip yaitu, tepat jenis, tepat waktu, tepat cara dan tepat jumlah (dosis).
Jenis pupuk untuk tanaman kelapa sawit dapat dikelompokkan  ke dalam beberapa jenis. Pertama, pupuk tunggal. Jenis pupuk ini digolongkan ke dalam pupuk yang  hanya mengandung satu jenis hara utama yaitu N, P,K , Mg, dan Ca. Pupuk tunggal merupakan pupuk yang paling umum dalam pemupukan kelapa sawit, utamanya untuk tanaman menghasilkan. Pupuk N yang umum digunakan adalah urea, pupuk P yang umum untuk tanaman kelapa sawit adalah Rock Phospate (RP), sumber K yang banyak digunakan adalah pupuk MOP (KCL), dan hara Mg yang banyak dipakai adalah Dolomit. Jenis pupuk kedua adalah pupuk campuran. Beberapa pupuk tunggal dapat dicampur menjadi pupuk campur untuk memperoleh kebutuhan hara secara khusus dan mengurangi biaya aplikasi. Keuntungan pupuk campur adalah bahwa seluruh kebutuhan hara yang diperlukan tanaman dapat diberikan dalam satu rotasi pemupukan. Jenis pupuk yang ketiga adalah pupuk majemuk/tablet. Pupuk majemuk berisi beberapa unsur hara yang dikombinasikan dalam satu formulasi. Keuntungan aplikasi pupuk majemuk adalah bahwa semua unsur hara utama diaplikasikan dalam satu rotasi pemupukan. Jenis pupuk yang terakhir adalah pupuk yang paling lambat tersedia atau pupuk organik (Hartanto 2011).
Berdasarkan waktu pemupukan, pemupukan biasanya dilakukan sebanyak dua kali per tahun, yakni pada awal musim hujan (Oktober) dan akhir musim hujan (April). Setiap jenis pupuk memiliki waktu pengaplikasian yang berbeda. Pupuk Rock phosphate (RP) tidak boleh diberikan bersamaan dengan pupuk lainnya. Pupuk ZA, MOP, dan Kieserite diberikan dalam waktu hampir bersamaan. Perbedaan waktu antara pemberian pupuk ZA dan Rock Phosphate (RP) sekitar satu bulan. Pupuk ZA sebaiknya diberikan setelah aplikasi pupuk RP Sunarko (2009).
Menurut Hartanto  (2011) cara pemberian pupuk harus diperhatikan secara saksama agar pemupukan dapat terlaksana secara efisien. Pemberian pupuk pada tanaman menghasilkan (TM) harus dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan jenis pupuknya untuk mencapai maksud tersebut. Cara penaburan yang dilakukan pada pupuk N, pupuk N ditaburkan secara merata pada piringan mulai jarak 50 cm hingga di pinggir luar piringan. Pada pupuk P, K dan Mg, pupuk ditabur secara merata dari jari-jari 1 m hingga jarak 3 m dari pangkal pohon (0.75-1.0 cm di luar piringan). Sedangkan pada pupuk B, pupuk ditaburkan secara merata dari tanaman pohon.    
            Dosis pemupukan sangat berguna pada tanaman kelapa sawit. Dosis pemupukan yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan hara tanaman. Pupuk yang diberikan tidak boleh lebih atau kurang, sesuai dengan analisis kebutuhan pupuk yang telah dilakukan pada tanaman kelapa sawit. Dosis pupuk berdasarkan umurnya tidak sama. Dosis pupuk yang harus diberikan pada umur tiga tahun adalah 344.6 kg/ha, pada umur empat sampai enam tahun sebanyak 686.2 kg/ha, pada tujuh sampai sembilan tahun sebanyak 794.2 kg/ha, pada umur sepuluh sampai empat belas tahun sebanyak 901.2 kg/ha, pada umur lima belas sampai delapan belas tahun sebanyak 722,2 kg/ha, dan dosis 608 kg/ha diberikan pada umur sembilan belas sampai dua puluh tahun (Sunarko 2009).

Organisasi Pemupukan

Pemupukan akan terlaksana dengan baik dengan adanya organisasi pemupukan, organisasi yang dimaksud adalah pengaturan tenaga, pengaturan suplai (terminal) besar/kecil (supply point), dan peralatan pemupukan. Pengaturan tenaga yang dimaksud adalah setiap regu pemupukan yang terdiri atas mandor, tukang pikul, dan tukang memupuk yang  biasanya beranggotakan wanita. Mandor bertugas mengatur perencanaan dan pelaksanaan pemupukan di setap blok. Tukang pikul bertugas sebagai pengecer pupuk pada terminal I (suplai besar), pada terminal II (suplai kecil) dan kepada regu pemupuk. Regu pemupuk bertugas untuk membenamkan/menabur pupuk ke setiap pohon sesuai dengan takaran dan dosis yang telah dianjurkan dengan tepat. Pengaturan suplai adalah sebagai tempat untuk mengambil pupuk. Setiap lima baris tanaman dibuat satu suplai besar sesuai dengan jumlah pohon dikalikan dosis pupuk menurut rekomendasi pemupukan. Selanjutnya dibuat rencana pengeceran pupuk per suplai besar dan ditentukan suplai kecil, sehingga regu pemupuk tidak terlalu jauh mengambil pupuk itu. Peralatan pemupukan adalah alat yang digunakan untuk memupuk yaitu, bakul atau ember plastik ukuran sepuluh kilogram, mangkok lateks atau mangkok bekas sabun pasta sebagai takaran pupuk, kain gendong dari belacu, alat pikulan lengkap denga talinya, sepatu bot dan cangkul untuk membuat lubang tempat pupuk (Mangoensoekarja dan Semangun 2000).


Pengawasan Pemupukan

Tindakan pengawasan sangat perlu diperhatikan karena walaupun para pekerja/anggota kelompok tani kelihatannya sudah melakukan kegiatan pemupukan dengan baik di bawah pengawasan mandor tapi tetap harus dilakukan pengawasan, karena bisa saja ada pekerja yang melakukan hal yang menyimpang dari standar operasional yang telah dibuat. Pengawasan pemupukan meliputi tepat dosis, tepat waktu, tepat cara dan tepat jenis. Waktu dan dosis pemupukan dilapangan perlu diawasi karena bisa saja tidak sesuai dengan standar yang telah diberikan. Pengawasan juga dilakukan terhadap daerah sebaran pupuk, realisasi pemupukan sesuai gambar/peta di setiap blok, dan hal yang tidak kalah penting adalah pengawan pada areal tepi blok. Biasanya regu pemupuk sulit untuk melakukan pemupukan didaerah ini sehingga kadang terbengkalai dan pemupukan dilakukan sembarangan sehingga pemupukan tidak sesuai dengan standar yang telah diberikan. Pengawasan yang baik dapat mewujudkan tercapainya produksi yang maksimal (Mangoensoekarja dan Semangun 2000).

DAFTAR PUSTAKA 


Agromedia. 2007. Petunjuk Pemupukan. Jakarta (ID): PT Agromedia Pustaka. 100 hal.
Hartanto H. 2011. Sukses Besar Budidaya Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): Citra Media Publishing. 115 hal.
Lubis RE, Widanarko A. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit . Jakarta (ID): PT Agromedia Pustaka. 296 hal.
Mangoensoekarja A, Semangun H. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press . 580 hal.
Sastrosaryono S. Budidaya Kelapa Sawit . Jakarta (ID): PT Agromedia Pustaka.      66 hal.
Pahan I. 2008. Panduan Teknis Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta (ID): PT Indopalma Wahana Hutama. 92 hal.
Sunarko. 2009. Budidaya Dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit. Jakarta (ID): PT Agromedia Pustaka. 142 hal.

No comments:

Post a Comment