Friday, May 3, 2013

Tumpang sari kelapa sawit dengan tanaman pangan (kerjasama dengan masyarakat sekitar)

      Perkebunan kelapa sawit sering diaggap penyebab habisnya lahan untuk pertanian khususnya tanaman pangan. Pangan dalam arti luas mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein lemak dan vitamin serta mineral yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia.
 Sedangkan tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. pemanfaatan lahan untuk tanaman kelapa sawit seharusnya juga dapat memberi manfaat bagi warga sekitar dan bermanfaat bagi pihak perusahaan.
Salah satu cara efektifitas lahan untuk bukaan tanaman kelapa sawit adalah dengan bekerjasama dengan maryarakat sekitar. Kerjasama ini terlihat pada sistem pemijaman lahan kepada masyarakat sekitar untuk menanam padi selama satu rotasi. Pertama-tama pihak perusahaan melakukan  pembukaan lahan hanya menggunakan exsavator untuk menumbang kayu besar dan membuat parit, kemudian areal dipancang seluas 0,25 ha untuk tiap-tiap kepala keluarga. warga maryarakat disekitar kebun dibagi lahan bukaan baru (ex hutan) dengan kesepakatan lahan akan ditanami kelapa sawit setelah satu rotasi tanam hingga panen padi. Tiap-tiap penerima lahan mengolah lahan gratisan ini dengan baik agar hasil yang didapat juga maksimal, kayu ex hutan serta tunggul-tunggul dan gulma dibersihkan penerima lahan ini, tanah juga diolah dengan baik agar dapat ditanami padi ladang (padi gogo).
kegiatan tanam padi oleh masyarakat terhenti sementara saat proses penanaman kelapa sawit, setelah kegiatan penanaman kelapa sawit lahan milik perusahaan boleh ditanami tanaman hortikultura serta tanaman yang mempunyai nilai ekonomis lainnya (mentimun batu, semangka, cabai dll). Tanaman milik warga masyarakat ini ditanam di sepanjang jalur gawangan mati tanaman kelapa sawit agar tidak mengganggu perawatan tanaman kelapa sawit. perusahaan juga melarang para petani untuk tidak menanam ubi kayu dan pisang karena susah untuk dibersihkan suatu saat. sistem tumpang sari ini hanya berjalan sekitar 16 bulan karena buah kelapa sawit akan dipanen (menghindari pencuruan buah). 
Cara ini cukup efektif untuk menekan terjadinya koflik dengan masyarkat sekitar karena warga maryarkat diberdayakan untuk bertani untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Ini juga salah satu cara sosialisasi dengan masyarakat (memberi kesan baik), perusahaan juga dapat menekan biaya penggunaan alat berat untuk merapikan lahan karena lahan garapan petani ini sudah cukup bersih, selama 16 bulan setelah tanam perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk perwatan.

Studi kasus PT. S3 Desa Sei Rangit Jaya SP 4 dan SP 6
Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalteng

No comments:

Post a Comment